Film animasi "Jumbo" bangkitkan nostalgia masa kecil gen milenial

id Jumbo, film Jumbo,ulasan film Jumbo

Film animasi "Jumbo" bangkitkan nostalgia masa kecil gen milenial

Suasana premier film "Jumbo" di Jakarta, Jumat (14/3/2025). ANTARA/Abdu Faisal

Jakarta (ANTARA) - "Jumbo" hadir sebagai oase di tengah gersangnya perfilman animasi Indonesia. Bukan sekadar film animasi yang dibuat untuk ditonton anak-anak, film ini juga layak ditonton oleh orang dewasa karena ceritanya membangkitkan nostalgia, terutama untuk kaum milenial.

Bak sebuah kapsul waktu yang membawa penonton kelahiran 1981 sampai 1996 kembali ke masa kecilnya, mengingat lagi hangatnya pertemanan di masa itu. Film "Jumbo" menangkap semua esensi kehidupan anak-anak di masa itu dengan apik, menghadirkan nostalgia yang mendalam bagi siapa saja yang pernah merasakan indahnya masa kecil di kala gawai canggih belum terlalu mengeksodus pertumbuhan generasi bangsa.

Sejak awal film dimulai, penonton disuguhi pemandangan khas Indonesia. Rumah-rumah sederhana beratap genteng, dan interaksi penduduknya yang digambarkan secara detail lewat percakapan mereka. Suasana masa kecil generasi milenial semakin mengental dengan adanya permainan kasti, bermain bersama di lapangan terbuka, dengan intrik-intrik kecil yang ditunjukkan ketika ada pemain yang kalah.

Tokoh-tokoh dalam film "Jumbo" terasa sangat dekat dengan penonton Indonesia. Ada Don, anak gemuk yang dirundung karena lelet ketika bermain; Nurman, penggembala kambing yang ramah dan setia kawan; Maesaroh, gadis periang dan mudah bergaul; serta Atta, anak yang populer karena kepiawaiannya bermain. Interaksi mereka merepresentasikan kehidupan sosial masa itu, di mana perundungan menjadi masalah yang muncul sejak usia dini.

"Jumbo" juga memasukkan unsur-unsur lokal dalam ceritanya lewat penggambaran soal alasan makam dibongkar yang dikaitkan dengan pembangunan jalan. Isu sosial-ekonomi yang kerap berhembus di masa itu.