Suherman juga menambahkan, menghadapi 2025, industri semen masih akan menghadapi tantangan akibat kondisi pasar yang oversupply.Namun, SMBR tetap optimistis untuk memanfaatkan peluang yang datang melalui program pemerintah yang berfokus pada pembangunan infrastruktur.
"Program infrastruktur, termasuk pembangunan 3 juta rumah dan pembebasan BPHTB untuk kategori tertentu akan menjadi pendorong utama permintaan semen pada tahun 2025," kata dia.
Selain itu, SMBR berencana untuk terus memperkuat kontribusi produk non-semen seperti whiteclay dan limestone guna mendukung pertumbuhan berkelanjutan perusahaan.
Dengan berbagai langkah strategis ini, SMBR percaya dapat terus mencatatkan kinerja positif meskipun menghadapi tantangan yang ada.
Sebagai bagian dari komitmen terhadap keberlanjutan, saat ini SMBR memproduksi Semen PCC (Portland Composite Cement), semen rendah karbon yang sudah bersertifikasi Green Label dari Green Product Council Indonesia.
Produk ini diproduksi menggunakan material ramah lingkungan dengan proses yang mengurangi emisi karbon hingga 38 persen dibandingkan semen konvensional (OPC).
Produk Semen juga telah memperoleh sertifikasi SNI dan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam negeri mencapai 89,34 persen yang jauh melampaui batas minimum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021, yaitu sebesar 40 persen.
Dengan berbagai upaya ini, SMBR yakin dapat terus berkontribusi dalam mendukung pembangunan nasional serta berkomitmen untuk mengurangi dampak lingkungan, sambil memastikan kinerja perusahaan tetap positif ke depan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Semen Baturaja optimistis akhiri tahun 2024 dengan kinerja positif