Jadi bisa dibilang jika ingin menekuni dancesport harus memiliki setidaknya modal yang tidak sedikit, bahkan sang atlet harus merogoh kocek yang dalam untuk menambah skill mereka.
Bukan itu saja, sekjen IODI Ni Made Suparmi mengatakan bahwa untuk menjadi seorang atlet dancesport, selain memiliki modal finansial, juga harus dibarengi dengan sikap disiplin yang tinggi. Atlet dancesport harus berlatih dengan tekun dan berulang-ulang, serta setiap saat neng-update kemampuan koreografi.
"Mereka sudah belajar basic-basic tentang dancefloor itu sendiri dan pengkhususannya dan tinggal mereka merubah-merubah dengan koreo yang ada. Jadi mereka harus berani berspekulasi dalam artian ilmu dancefloor itu juga harus di update, " ucap wanita asal Bali tersebut.
Setelah memiliki skill yang ditempa di sekolah dan pusat latihan, untuk tampil di kompetisi, para atlet dancesport harus mempersiapkan kostum yang digunakan saat bertanding yang sudah pasti yang terbaik dan tentu saja mahal.
Saat pertandingan, baju ataupun gaun yang digunakan para atlet sangatlah mewah rata-rata harganya mulai ratusan ribu hingga puluhan juta.
Hal tersebut terlihat saat mereka tampil di pertandingan, seperti dalam nomor Rising Star dan juga Line Dancesport, dimana sang atlet harus menggunakan kostum terbaiknya.
Semua atlet harus menjadi sorotan penonton terutama dewan juri, dengan begitu akan menjadi poin penting bagi dirinya.
Salah satu atlet dancesport asal Bali Ni Putu Archisya Anandari menjelaskan umumnya kostum yang digunakan saat bertanding kisaran Rp 2 juta hingga Rp 5 juta tergantung event yang diikuti.
Semakin tinggi tingkatan eventnya, maka kostum yang dikenakan akan semakin mahal harganya. "Bukan buat pamer atau apa tapi untuk memikat hati para juri dan hal itu akan menjadi tambahan sebuah penilaian," kata Archisya Anandari.
Berbeda lagi dengan nomor Tradisional Dance dan nomor Hip Hop dimana selain kostum atau baju yang digunakan ada juga properti yang menjadi pendukungnya.
Seperti atlet dancesport asal DKI Jakarta, Bhatara Saverrigadi yang berduet dengan Denta Sepdwiansyah yang mengikuti nomor Tradisional Dance. Mereka mengaku telah menyiapkan kostum yang dirancang sendiri.
Keduanya telah menyiapkan kostum khusus untuk PON XXI sekitar lima bulanan yang lalu. Kostum tersebut dipesankan khusus dengan harga pembuatan sekitar Rp3 jutaan.
Jadi tambang emas
Dancesport saat ini telah menjadi salah satu nomor yang dilirik oleh sejumlah daerah untuk mendulang emas.
Pada PON XXI kali ini dancesport diikuti oleh 219 orang atlet dari 21 provinsi dan 21 nomor pertandingan.
21 kelas pertandingan tersebut yaitu kategori putra yakni breaking boy, kategori putri yakni breaking girl, kategori campuran yakni Amateur Latin, Amateur Standard, Rising Star Latin, Rising Star Standard, Pre Amateur Latin, Pre Amateur Standard, FFA Cha Cha, FFA Rumba, FFA Samba, FFA Jive, FFA Waltz, FFA Tango, FFA Quickstep, dan FFA Slowfoxtrot.
Kemudian untuk kategori terbuka yaitu Syncronize Waltz Quickstep, Line Dancesport Rumba Samba, Line Dancesport Cha Cha Jive, Hiphop, dan Traditional dance.
Dengan banyaknya nomor tersebut, dancesport sebenarnya memiliki peluang bagi setiap daerah untuk memaksimalkan raihan emas mereka.
Salah satu provinsi yang sukses tahun ini menjadi juara umum adalah Sumatera Utara yang meraih lima emas.
Kehadiran dancesport di ajang se-akbar PON, tentu bisa mengangkat popularitas cabang olahraga ini. Meskipun masih perlu kerja keras untuk menjadikan dancesport memiliki penggemar yang banyak seperti cabang-cabang olahraga lain.
Sekjen IODI Ni Made Suparmi menyebut pihaknya akan terus berupaya maksimal agar cabang ini semakin dikenal oleh masyarakat luas.
Salah satunya adalah mengadakan event-event yang diadakan di sejumlah mall ataupun pusat perbelanjaan.
Alasan diselenggarakan di mall, menurut Suparmi karena di sana tidak terlalu sulit untuk mengumpulkan orang dari berbagai kalangan, dan ajang tersebut akan menjadi daya tarik pengunjung mall, khususnya bagi pemula ataupun usia dini.
"Dengan event seperti itu harapannya akan menarik minat mereka ke dancesport, dan mereka mau menekuni bidang olahraga ini," katanya.
Menurut Suparmi, sejatinya dancesport telah dikenalkan melalui bangku sekolah, salah satunya di ekstrakurikuler di beberapa sekolah, tetapi memang belum diseriusi oleh mereka.
Sama dengan Suparmi, Heru juga melihat dancesport saat ini telah berkembang dengan baik di Indonesia.
"Dancesport sekarang digemari oleh kalangan masyarakat. Banyak sekarang dancer-dancer yang menjadi anggota IODI tersebar di 21 provinsi," katanya
Dengan perkembangan dancesport yang relatif pesat itu, Suparmi, Heru, dan juga para penggemar dancesport kini berharap cabang olahraga yang memadukan ketangguhan fisik olahragawan dan keluwesan gerakan pedansa itu menjadi salah satu cabang olahraga yang menjadi andalan Indonesia di SEA Games, Asian Games, bahkan di Olimpiade.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul:
Dancesport bukan sekadar bergoyang