Dancesport bukan sekadar bergoyang

id Dancesport,PON XXI,PON Aceh Sumut,Dansa,IODI

Dancesport bukan sekadar bergoyang

Atlet dancesport saat bertanding di PON XXI Aceh-Sumut yang diselenggarakan di Santika Dyandra Convention di Medan, Rabu (11/9/2024). ANTARA/Ilham Kausar

Sama seperti binaraga, senam, karate nomor kata. dan cabang-cabang olahraga yang sifatnya pertunjukan, maka penentuan pemenang kompetisi dancesport pun dilakukan oleh juri. Untuk mengeleminasi subjektivitas, penilaian pada kompetisi dancesport dilakukan dengan banyak juri, tergantung nomor yang dipertandingkan, ada yang menggunakan 7 orang dewan juri, ada juga yang menggunakan 11 dewan juri.
 
Seorang atlet dancesport juga harus memakai baju atau pakaian yang menarik untuk dilihat oleh para dewan juri, biasanya baju yang digunakan menggunakan warna yang mencolok seperti merah, kuning ataupun hijau.
 
Tidak cukup dengan warna, aksen bling bling ataupun kilau yang dipantulkan dari baju atlet juga dipasangkan agar terlihat glamour.
 
Alas kaki yang dipakai pun umumnya menggunakan sepatu hak tinggi. Bisa dibayangkan betapa sulitnya para atlet dancesport yang harus menyeimbangkan pergerakan dengan cepat dan lincah mengikuti irama musik, dengan memakai sepatu seperti itu.
 
 
Olahraga yang tidak murah
 
Para atlet dancesport harus memiliki tubuh yang proporsional, stamina yang kuat, serta skill gerakan-gerakan dan koreografi yang indah. Oleh karena itu, seorang atlet dancesport memerlukan pelatihan khusus untuk mengembangkan kemampuannya.
 
Ketua IODI Sumatera Utara, drg. Tetty Wijaya menyebutkan berlatih atau sekolah dansa itu tidak murah, karena di sekolah dansa itu hitungan biaya itu per 45 menit untuk satu sesi.
 
Dia menceritakan untuk perbandingan saja di Malaysia itu 45 menit seharga 300 ringgit, di Eropa dengan jumlah menit yang sama itu hitungannya 150 euro.
 
Dua Atlet dancesport nomor Traditional Dance saat bertanding di PON XXI Aceh-Sumut yang diselenggarakan di Santika Dyandra Convention di Medan, Selasa (10/9/2024) ANTARA/Ilham Kausar