Dancesport bukan sekadar bergoyang

id Dancesport,PON XXI,PON Aceh Sumut,Dansa,IODI

Dancesport bukan sekadar bergoyang

Atlet dancesport saat bertanding di PON XXI Aceh-Sumut yang diselenggarakan di Santika Dyandra Convention di Medan, Rabu (11/9/2024). ANTARA/Ilham Kausar

Medan (ANTARA) -
Hentakan musik dari sebuah venue yang terletak di Santika Dyandra Convention di Kota Medan, Sumatera Utara, terdengar dinamis dan mengundang untuk bergoyang.

Begitu memasuki venue itu, terlihat sejumlah orang menggunakan pakaian yang sangat necis seperti mau menghadiri sebuah pesta mewah.
 
Penulis pun bertanya-tanya apakah ini lokasi yang tepat, tempat berlangsungnya cabang dancesport? Tidak ada pakaian olahraga yang biasanya digunakan oleh para atlet untuk bertanding.
 
Bagian venue tersebut dibagi menjadi dua lokasi untuk para penonton yang akan menyaksikan pertandingan dancesport,  sedangkan di tengah menjadi arena pertandingan.

Dancesport menjadi salah satu cabang olahraga yang paling mengundang minat penonton dalam Penyelenggaraan PON 2024 di Kota Medan. Pada hari pertama, yang dilaksanakan pada Selasa (10/9) pagi, saja, kursi-kursi penonton sudah dipenuhi oleh para peminat olahraga yang berbasis gerakan tari ini. 

Penonton yang hadir pun beragam. Pria maupun muda, orang tua hingga anak-anak nama antusias menyaksikan pertandingan aksi-aksi atlet yang memadukan dansa dan olahraga tersebut.
 
Dancesport telah menjadi salah satu cabang olahraga yang telah dipertandingkan di PON XIX 2016 di Jawa Barat, setelah sebelumnya hanyalah cabang eksibisi di PON XVII 2008 di Kalimantan Timur.
 
Namun, masyarakat masih banyak yang belum tahu kalau dansa menjadi sebuah kompetisi yang dipertandingkan di event olahraga seperti PON, atau mungkin juga stigma dansa yang identik dengan pesta, belum bisa sepenuhnya diterima sebagai sebuah cabang olahraga; Masih banyak yang beranggapan kalau dansa hanyalah sebuah hiburan bukan olahraga.
 
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Olahraga Dancesport Indonesia (IODI) Heru Sutantio menjelaskan dancesport itu berbeda dengan dansa pada umumnya.
 
Menurut dia, dancesport itu lebih memiliki power atau kekuatan gerakan berbeda dengan dansa pada umumnya yang tujuannya untuk hiburan atau rekreasi.
 
"Seorang atlet dancesport juga harus memiliki postur tubuh yang proporsional dan juga membutuhkan stamina yang kuat karena dalam perlombaan terkadang atlet dancesport turun tidak hanya di satu nomor, " kata Heru.
 
Atlet dancesport juga membutuhkan badan yang lentur, gerakan tangan dan kaki yang cepat Tidak hanya itu dia juga harus beradaptasi dengan lagu yang diputar dan disamakan dengan gerakannya.
 
Belum lagi mimik wajah yang harus selalu tersenyum karena itu juga merupakan salah satu penilaian bagi juri yang selalu memperhatikan para atlet yang bertanding dengan teliti.
 
Dancesport sendiri sudah menyelesaikan kompetisi pada Pekan Olahraga Nasional 2024 yang diselenggarakan pada 10-12 September 2024 di Santika Dyandra Convention di Medan.
 
Selama perhelatan itu, venue dancesport selalu dipenuhi oleh masyarakat yang ingin menonton ataupun hanya penasaran dengan kegiatan  di dalam ruangan yang berkapasitas sekitar 200-300 orang, karena dari luar venue mereka mendengar alunan musik yang mengajak siapapun ikut bergoyang. Sama seperti binaraga, senam, karate nomor kata. dan cabang-cabang olahraga yang sifatnya pertunjukan, maka penentuan pemenang kompetisi dancesport pun dilakukan oleh juri. Untuk mengeleminasi subjektivitas, penilaian pada kompetisi dancesport dilakukan dengan banyak juri, tergantung nomor yang dipertandingkan, ada yang menggunakan 7 orang dewan juri, ada juga yang menggunakan 11 dewan juri.
 
Seorang atlet dancesport juga harus memakai baju atau pakaian yang menarik untuk dilihat oleh para dewan juri, biasanya baju yang digunakan menggunakan warna yang mencolok seperti merah, kuning ataupun hijau.
 
Tidak cukup dengan warna, aksen bling bling ataupun kilau yang dipantulkan dari baju atlet juga dipasangkan agar terlihat glamour.
 
Alas kaki yang dipakai pun umumnya menggunakan sepatu hak tinggi. Bisa dibayangkan betapa sulitnya para atlet dancesport yang harus menyeimbangkan pergerakan dengan cepat dan lincah mengikuti irama musik, dengan memakai sepatu seperti itu.
 
 
Olahraga yang tidak murah
 
Para atlet dancesport harus memiliki tubuh yang proporsional, stamina yang kuat, serta skill gerakan-gerakan dan koreografi yang indah. Oleh karena itu, seorang atlet dancesport memerlukan pelatihan khusus untuk mengembangkan kemampuannya.
 
Ketua IODI Sumatera Utara, drg. Tetty Wijaya menyebutkan berlatih atau sekolah dansa itu tidak murah, karena di sekolah dansa itu hitungan biaya itu per 45 menit untuk satu sesi.
 
Dia menceritakan untuk perbandingan saja di Malaysia itu 45 menit seharga 300 ringgit, di Eropa dengan jumlah menit yang sama itu hitungannya 150 euro.
 
Dua Atlet dancesport nomor Traditional Dance saat bertanding di PON XXI Aceh-Sumut yang diselenggarakan di Santika Dyandra Convention di Medan, Selasa (10/9/2024) ANTARA/Ilham Kausar
Jadi bisa dibilang jika ingin menekuni dancesport harus memiliki setidaknya modal yang tidak sedikit, bahkan sang atlet harus merogoh kocek yang dalam untuk menambah skill mereka.
 
Bukan itu saja, sekjen IODI Ni Made Suparmi mengatakan bahwa untuk menjadi seorang atlet dancesport, selain memiliki modal finansial, juga harus dibarengi dengan sikap disiplin yang tinggi. Atlet dancesport harus berlatih dengan tekun dan berulang-ulang, serta setiap saat neng-update kemampuan koreografi.
 
"Mereka sudah belajar basic-basic tentang dancefloor itu sendiri dan pengkhususannya dan tinggal mereka merubah-merubah dengan koreo yang ada. Jadi mereka harus berani berspekulasi dalam artian ilmu dancefloor itu juga harus di update, " ucap wanita asal Bali tersebut.

Setelah memiliki skill yang ditempa di sekolah dan pusat latihan, untuk tampil di kompetisi, para atlet dancesport harus mempersiapkan kostum yang digunakan saat bertanding yang sudah pasti yang terbaik dan tentu saja mahal.
 
Saat pertandingan, baju ataupun gaun yang digunakan para atlet sangatlah mewah rata-rata harganya mulai ratusan ribu hingga puluhan juta.
 
Hal tersebut terlihat saat mereka tampil di pertandingan, seperti dalam nomor Rising Star dan juga Line Dancesport, dimana sang atlet harus menggunakan kostum terbaiknya.
 
Semua atlet harus menjadi sorotan penonton terutama dewan juri, dengan begitu akan menjadi poin penting bagi dirinya.
 
Salah satu atlet dancesport asal Bali Ni Putu Archisya Anandari menjelaskan umumnya kostum yang digunakan saat bertanding kisaran Rp 2 juta hingga Rp 5 juta tergantung event yang diikuti.
 
Semakin tinggi tingkatan eventnya, maka kostum yang dikenakan akan semakin mahal harganya. "Bukan buat pamer atau apa tapi untuk memikat hati para juri dan hal itu akan menjadi tambahan sebuah penilaian," kata Archisya Anandari.
 
Berbeda lagi dengan nomor Tradisional Dance dan nomor Hip Hop dimana selain kostum atau baju yang digunakan ada juga properti yang menjadi pendukungnya.
 
Seperti atlet dancesport asal DKI Jakarta, Bhatara Saverrigadi yang berduet dengan Denta Sepdwiansyah yang mengikuti nomor Tradisional Dance.  Mereka mengaku telah menyiapkan kostum yang dirancang sendiri.
 
Keduanya telah menyiapkan kostum khusus untuk PON XXI sekitar lima bulanan yang lalu. Kostum tersebut dipesankan khusus dengan harga pembuatan sekitar Rp3 jutaan.
 

 
Jadi tambang emas
 
Dancesport saat ini telah menjadi salah satu nomor yang dilirik oleh sejumlah daerah untuk mendulang emas.
 
Pada PON XXI kali ini dancesport diikuti oleh 219 orang atlet dari 21 provinsi dan 21 nomor pertandingan.
 
21 kelas pertandingan tersebut yaitu kategori putra yakni breaking boy, kategori putri yakni breaking girl, kategori campuran yakni Amateur Latin, Amateur Standard, Rising Star Latin, Rising Star Standard, Pre Amateur Latin, Pre Amateur Standard, FFA Cha Cha, FFA Rumba, FFA Samba, FFA Jive, FFA Waltz, FFA Tango, FFA Quickstep, dan FFA Slowfoxtrot.
 
Kemudian untuk kategori terbuka yaitu Syncronize Waltz Quickstep, Line Dancesport Rumba Samba, Line Dancesport Cha Cha Jive, Hiphop, dan Traditional dance.
 
Dengan banyaknya nomor tersebut, dancesport sebenarnya memiliki peluang bagi setiap daerah untuk memaksimalkan raihan emas mereka.
 
Salah satu provinsi yang sukses tahun ini menjadi juara umum adalah Sumatera Utara yang meraih lima emas.

Kehadiran dancesport di ajang se-akbar PON, tentu bisa mengangkat popularitas cabang olahraga ini. Meskipun masih perlu kerja keras untuk menjadikan dancesport memiliki penggemar yang banyak seperti cabang-cabang olahraga lain.

Sekjen IODI Ni Made Suparmi menyebut pihaknya akan terus berupaya maksimal agar cabang ini semakin dikenal oleh masyarakat luas.
 
Salah satunya adalah mengadakan event-event yang diadakan di sejumlah mall ataupun pusat perbelanjaan.
 
Alasan diselenggarakan di mall, menurut Suparmi karena di sana tidak terlalu sulit untuk mengumpulkan orang dari berbagai kalangan, dan ajang tersebut akan menjadi daya tarik pengunjung mall,  khususnya bagi pemula ataupun usia dini.
 
"Dengan event seperti itu harapannya akan menarik minat mereka ke dancesport, dan mereka mau menekuni bidang olahraga ini," katanya.
 
Menurut Suparmi, sejatinya dancesport telah dikenalkan melalui bangku sekolah, salah satunya di ekstrakurikuler di beberapa sekolah, tetapi memang belum diseriusi oleh mereka.
 
Sama dengan Suparmi, Heru juga melihat dancesport saat ini telah berkembang dengan baik di Indonesia.
 
"Dancesport sekarang digemari oleh kalangan masyarakat. Banyak sekarang dancer-dancer yang menjadi anggota IODI tersebar di 21 provinsi," katanya 
 
Dengan perkembangan dancesport yang relatif pesat itu, Suparmi, Heru, dan juga para penggemar dancesport kini berharap cabang olahraga yang memadukan ketangguhan fisik olahragawan dan keluwesan gerakan pedansa itu menjadi salah satu cabang olahraga yang menjadi andalan Indonesia di SEA Games, Asian Games, bahkan di Olimpiade.
 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dancesport bukan sekadar bergoyang