Kopi peninggalan Belanda di Batu Patah Payo

id Agro Wisata Batu Patah Payo

Kopi peninggalan Belanda di Batu Patah Payo

Agro Wisata Batu Patah Payo di Kota Solok terus dikembangkan hingga laik untuk dikunjungi wisatawan. ANTARA/Miko Elfisha

Agro Wisata Batu Patah Payo punya produk kopi sendiri. Kopi itu dikembangkan dari pohon kopi sisa dari sistem tanam paksa kopi yang diberlakukan Belanda di dataran tinggi Sumatera Barat pada tahun 1847 hingga 1908.
 
Kawasan agro wisata itu adalah salah satu titik pelaksanaan proyek tanam paksa oleh Belanda ketika itu. Namun, hingga 2017 masih banyak pohon kopi peninggalan Belanda di daerah itu.
 
Saking tuanya, pohon kopi itu telah tumbuh dengan ketinggian 5-6 meter. Namun karena usia pohon yang sudah sangat tua, buahnya sangat sedikit. Bahkan ada yang tidak berbuah lagi. Tidak produktif lagi.
 
Biji dari pohon kopi "peninggalan Belanda" itulah yang kemudian diproses, disemai, kemudian ditanam kembali. Dalam beberapa tahun, luas perkebunan kopi yang telah diremajakan di agro wisata itu telah mencapai 40 hektare, masing-masing 30 hektare untuk jenis robusta yang ditanam pada lahan di atas ketinggian 1.000 -- 1.200 Mdpl.
 
Kemudian sisanya kopi jenis arabika yang ditanam pada lahan dengan ketinggian 600 hingga 1.000 mdpl.
 
Kepala Dinas Pertanian Kota Solok, Zulkifli, adalah salah satu sosok di balik keseriusan dalam mengembangkan perkebunan kopi di agro wisata tersebut.
 
Usaha itu mulai ia rintis bersama masyarakat setempat sejak 2015. Ketika itu, Wali Kota Solok Zul Elfian memanggilnya berdiskusi untuk mengembangkan sebuah kawasan agro wisata di daerah itu.
 
Setelah dijajaki dan merujuk pada sejarah, Batu Patah dinilai cocok karena di kawasan itu ada cukup banyak batang kopi peninggalan Belanda, bahkan di lokasi itu juga pernah ada pabrik pengolahan kopi yang kini masih bisa ditemukan jejak fondasinya.
 
Kopi yang bibitnya dikembangkan dari pohon kopi peninggalan Belanda di Agro Wisata Batu Patah Payo di Kota Solok. ANTARA/Miko Elfisha
 
Sejak Juli 2021, Kopi Payo H. Zulkifli sudah mengantongi label halal dengan sertifikat ID13210000115110421. Label dikeluarkan oleh Badan Penyelenggara Produk Halal Indonesia.

Produknya dengan wangi yang khas dan cita rasa yang relatif lembut itu bisa ditemukan di hampir semua minimarket di Solok. Tidak hanya di dalam daerah, kopi itu juga sudah merambah ke luar negeri hingga Jepang.
 
Beragam potensi 
 
Selain keunikan kopi, agro wisata itu juga memiliki potensi lain yang bisa dikembangkan, yaitu bunga krisan.
 
Edi Maryanto, tokoh di balik pengembangan bunga krisan di Batu Patah, menyebut ada 11 rumah kaca atau green house bunga krisan di kawasan itu. Bunga dengan grade A itu didominasi warna putih, merah, dan kuning.
 
Wisatawan bisa menikmati bunga-bunga cantik itu, bahkan bisa membawa pulang dengan harga setara tarif parkir sepeda motor untuk per tangkainya.
 
Selain untuk mendukung wisata, bunga-bunga itu memang menjadi salah satu usaha sampingan masyarakat. Tiap bulan, sekitar 5.000 tangkai bunga dikirim ke berbagai daerah seperti Pekanbaru dan Batam.
 
Jika ada event besar di Sumbar, panen bunga krisan bisa mencapai 10 ribu hingga 15 ribu tangkai per bulan.