BUMN saat ini sangat berpihak pada keterwakilan perempuan dalam tubuh perusahaan. Hal ini terlihat dari jumlah direksi BUMN yang mana 21 persennya merupakan perempuan dan ditargetkan akan mencapai 25 persen dari total seluruh direksi BUMN.
Srikandi BUMN juga secara intens berkolaborasi dengan Kementerian BUMN dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, melalui program Employee Well-Being Concern.
Hal ini menjadi sebuah inisiatif yang akan memberikan landasan kuat bagi perusahaan dan organisasi BUMN dalam meningkatkan kualitas hidup karyawan.
"Kalau status BUMN diubah menjadi koperasi, kami tidak yakin para perempuan akan mendapatkan kesempatan yang sama dengan apa yang telah dilakukan di BUMN saat ini," ucapnya.
Keberpihakan terhadap perempuan di BUMN tak sekadar hanya wacana belaka, melainkan telah terimplementasi nyata melalui berbagai program strategis, termasuk masuk ke dalam cetak biru 2024-2034.
Komitmen yang tertuang dalam cetak biru tersebut menekankan pentingnya peranan perempuan dalam mengatasi banyak persoalan di BUMN, mulai dari aspek operasional, kesehatan mental, fasilitas daycare, hingga financial support.
"Kami tentu berharap program kepemimpinan perempuan yang sudah baik ini dapat terus terjadi dan semakin meningkat," kata Tina.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Srikandi BUMN: Wacana mengubah BUMN jadi koperasi kecewakan perempuan