Menyemai mimpi
Kebun pikiran dapat diserupakan dengan ladang pertanian yang dapat ditaburi benih apa saja. Namun, untuk hasilnya tentu saja mengikuti hukum alam, apa yang ditanam itulah hasil yang bakal dipetik.
Realitanya, orang menanam rumput tak akan tumbuh padi, tetapi orang menanam padi selalu tumbuh rumput liar yang mengganggunya. Artinya, orang yang menabur kejahatan tak akan memperoleh kebaikan, sedangkan orang yang menanam budi kebaikan kadang masih diuji dengan berbagai cobaan.
Untuk memanen kebaikan terlebih dulu harus dipilih benih mimpi yang baik, selanjutnya mimpi harus ditabur di ladang persemaian yang subur, cukup pupuk (motivasi) dan air (doa), dirawat sepenuh hati dengan kasih sayang dan kesungguhan.
Kemudian waktu tanam pun mesti memilih saat yang tepat ketika kebun pikiran sedang kondusif untuk ditaburi bibit mimpi berupa ide, gagasan, atau keinginan.
Bila bibit mimpi berasal dari pikiran sadar (objektif), maka pelaksana atau tempat persemaiannya adalah pikiran bawah sadar (subjektif). Guna menentukan kapan waktu yang tepat untuk menabur bibit mimpi, terlebih dulu kita harus pahami tentang gelombang otak.
Gelombang otak ini ditemukan pada pertengahan 1920-an oleh seorang ahli saraf Jerman bernama Hans Berger, orang pertama yang berhasil membuat rekaman pola aktivitas listrik otak dengan elektroensefalografi (EEG).