Sebagai pelengkap, ia pun memesan es sirap selasih yang punya rasa sirup berbeda dan khas.
Jika Sultia baru kali pertama mencoba nasi kapau di restoran itu, tidak demikian putrinya yang sudah 1,5 tahun terakhir menjadi ekspatriat bekerja di salah satu perusahaan di Kuala Lumpur. Sudah beberapa kali ia mampir menikmati nasi kapau di sana.
Biasanya ia akan memilih menjajal masakan Melayu mengingat sedang ada di Malaysia.
Menu masakan Melayu yang biasa ia cari seperti pindang ikan atau asam pedas, termasuk pindang ikan tempoyak yang terbuat dari fermentasi durian.
Beragam menu
Waktu menunjukkan sekitar pukul 11.30 waktu Malaysia (MYT) atau pukul 10.30 Waktu Indonesia Barat (WIB), dan sudah tampak antrean di depan restoran. Rata-rata semua berwajah dan berlogat Melayu, namun ada pula warga asing yang singgah untuk makan siang lebih awal hari itu.
Dari luar etalase restoran yang tampak begitu terjaga kebersihannya, bisa dilihat berbagai menu masakan Minang yang masih tertumpuk tinggi, mengingat restoran belum begitu lama buka.
Sejumlah nama masakan disesuaikan menggunakan bahasa Malaysia. Seperti perkedel kentang tertulis bergedil, lalu lele goreng tertulis keli goreng, gulai babat tertulis gulai perut, gulai daun singkong tertulis sayur pucuk ubi, sedangkan gulai cumi biasa disebut gulai sotong.
Sedangkan untuk menu balado semua tertulis dengan sambal, seperti telur balado biasa disebut sambal terung, belut sambal, sardin sambal, tengiri sambal. Restoran Minang itu pun menyediakan lalapan atau yang biasa disebut ulam di Malaysia, dan tentu kerupuk kulit yang menjadi ciri khas di rumah makan-rumah makan Minang.