Menjaga "Dr. Samsi" lewat alih teknologi media bernama restorasi

id dr. samsi,restorasi film, film indonesia,berita palembang, berita sumsel

Menjaga "Dr. Samsi" lewat alih teknologi media bernama restorasi

Perbandingan kualitas visual film "Dr. Samsi" melalui proses restorasi yang ditayangkan di CGV FX Sudirman Jakarta, Selasa (19/12). (ANTARA/Ahmad Faishal)

Tak hanya bergelut dari balik kamera, Ratna juga turut mengambil peran utama. Berperan sebagai gadis desa lugu bernama Sukaesih -- sosok yang membacakan narasi pada adegan pembuka, pada film "Dr.Samsi" Ratna Asmara beradu kemampuan akting dengan sejumlah aktor seni peran lain, di antaranya Raden Ismail, M. Said, Kamaludin, Djuwita, Kartini, dan Awaludin.

Film "Dr. Samsi" sendiri awalnya merupakan sebuah karya sandiwara yang diciptakan oleh suami Ratna yaitu Andjar Asmara dan cukup populer hingga ke Negeri Jiran.

Secara garis besar, film "Dr. Samsi" bercerita mengenai perjalanan kehidupan seorang dokter bernama Samsi yang merawat anak hasil hubungan gelap dengan seorang perempuan bernama Sukaesih. Anak tersebut diberi nama Sugiat, tumbuh besar, kemudian bersekolah hukum di luar negeri.

Sugiat lantas menjadi pengacara tanpa pernah mengetahui kebenaran mengenai siapa sosok ibu kandungnya. Saat Sugiat pulang ke Indonesia, dia harus melakoni peran perdana sebagai pengacara dengan menangani kasus yang menimpa ibu kandungnya. Sang ibunda mendapatkan tuduhan membunuh suaminya yang baru bernama Leo.

Upaya penyelamatan

Hadirnya kembali film “Dr. Samsi” ke layar lebar pada tujuh dekade sejak diproduksi, tak lepas dari peranan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Selama ini, film dengan materi seluloid 35mm yang tersimpan dalam koleksi Sinematek Indonesia itu berada dalam kondisi yang nyaris punah dan tidak lengkap.

Baca juga: Kemenparekraf dukung restorasi film untuk bangkitkan bioskop nasional

Baca juga: Film restorasi Charlie Chaplin akan tayang di bioskop dunia


Hal itulah yang menjadi salah satu alasan bagi direktorat kementerian tersebut untuk segera melakukan tindakan penyelamatan dari format seluloid ke format digital yang lebih modern. Alih media melalui proses restorasi menjadi solusi terbaik untuk menjaga catatan kejayaan sinema tanah air.

"Film ini kami pilih tidak hanya karena usia yang sudah lebih dari 50, namun film ini juga mempunyai nilai-nilai sejarah dan budaya. Restorasi dan peluncuran kembali film ini merupakan upaya menambah kekayaan arsip dan penyelamatan materi yang selama ini pernah menjadi catatan kejayaan sinema nasional," kata Kepala Kelompok Kerja Perizinan dan Arsip Direktorat Film, Musik, dan Media Kemendikbudristek Nujul Kristanto.
Kepala Kelompok Kerja Perizinan dan Arsip Direktorat Film, Musik, dan Media Kemendikbudristek Nujul Kristanto saat menyampaikan sambutan sebelum pemutaran film "Dr. Samsi" di CGV FX Sudirman Jakarta, Selasa (19/12). (ANTARA/Ahmad Faishal)