Rupiah melemah karena reaksi "short-covering" pasar

id Rupiah,Dolar,Short-covering,Dolar AS,Nilai Tukar,berita sumsel, berita palembang

Rupiah melemah karena reaksi "short-covering" pasar

Ilustrasi - Petugas menghitung uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, KCU Melawai, Jakarta, Selasa (16/8/2022). (ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc/pri.)

Di samping itu, data neraca perdagangan China bulan Oktober 2023 bisa menjadi penggerak nilai tukar mengingat negara tersebut memiliki perekonomian terbesar kedua di dunia dan menjadi indikator pasar soal pelambatan ekonomi.

Jika data menunjukkan penurunan ekspor atau impor yang dalam, lanjutnya, pasar bisa bereaksi negatif mengenai aset berisiko, sehingga bisa mendorong penguatan dolar AS lagi.

“Ekspektasi trade balance China surplus 81 miliar dolar AS,” ucap dia.

Meninjau sentimen dari dalam negeri, data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III/2023 yang di bawah ekspektasi pasar dapat menjadi faktor penekan rupiah, yakni 4,94 persen secara tahunan (year on year/yoy) dengan harapan di atas 5 persen.

Selain itu, data cadangan devisa (cadev) yang merupakan suplai dolar AS dalam negeri yang akan dirilis pagi ini juga bisa menjadi penggerak nilai tukar rupiah. Penurunan cadev yang dalam mampu memberikan tekanan ke rupiah.

“Potensi pelemahan ke arah Rp15.600, dengan potensi support di sekitar Rp15.500,” ungkap Ariston.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah sebesar 0,22 persen atau 34 poin menjadi Rp15.573 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.539 per dolar AS.