Pekanbaru (ANTARA) - Pakar kesehatan paru-paru dr Indra Yovi Sp. P(K) mengatakan orang-orang berisiko atau penderita gangguan pernafasan dan anak-anak sangat rentan terdampak kabut asap karena kualitas udara di Pekanbaru dan sekitar tidak sehat.
"Kualitas udara di Provinsi Riau, khususnya di Kota Pekanbaru kini tidak sehat. Kondisi tersebut diduga karena adanya polusi udara akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Ini harus segera diantisipasi," kata Indra yang juga Sekretaris Perhimpunan Dokter Paru Indonesia cabang Riau, di Pekanbaru, Selasa.
Ia mengatakan orang berisiko atau penderita kesehatan pernafasan misalnya penderita TBC, asma, dan kanker paru akan langsung berdampak pada imunitas pernafasan mereka.
Kemudian juga pada anak lebih rentan terkena ISPA dan itu masih merupakan efek jangka pendek.
"Untuk efek jangka panjang tergantung pada seberapa parah polusi yang terjadi. Secara awam polusi tersebut juga dapat dilihat dari jarak pandang. Semakin pendek jarak pandang maka semakin berbahaya polusi yang terjadi," katanya.
Jika di bawah 100 meter, katanya lagi, maka itu berarti status polusi dalam kategori hitam. Karena itu, dalam kondisi udara yang tidak sehat itu maka siapa saja yang ingin bepergian keluar rumah harus menggunakan masker, terutama bagi kelompok rentan dan anak-anak.
Berita Terkait
Gubernur Sumsel sebut dokter obgyn berperan penting edukasi dalam stunting ke warga
Selasa, 23 April 2024 15:15 Wib
Seorang dokter tersapu ombak saat mancing di laut
Selasa, 23 April 2024 13:08 Wib
Dokter: Deteksi dini kunci keberhasilan atasi kanker mulut
Selasa, 16 April 2024 12:30 Wib
Dokter Polres OKU siaga di posko mudik
Minggu, 7 April 2024 22:04 Wib
Dokter: Pakai kendaraan umum untuk mudik jarak jauh
Rabu, 3 April 2024 19:47 Wib
Dokter sebut pengidap epilepsi dapat hidup dan beraktivitas seperti normal
Kamis, 28 Maret 2024 19:51 Wib
Pasien kanker harus konsultasi dulu sama dokter bila ingin berpuasa
Senin, 25 Maret 2024 18:47 Wib
Dokter sebut ibu dengan TB tetap bisa menyusui selama taat prokes
Senin, 25 Maret 2024 11:28 Wib