Pilihan jalur skripsi dan nonskripsi sebagai karya ilmiah

id skripsi,nonskripsi,berita sumsel, berita palembang,Mendikbudristek,Nadiem Makarim

Pilihan jalur skripsi dan nonskripsi sebagai karya ilmiah

Ilustrasi - Mahasiswa menyusun skripsi. ANTARA/HO-Riviera Publishing

mahasiswa hendaknya mampu menentukan pilihan jalur skripsi dengan ujian teori atau nonskripsi dengan uji kompetensi dan kreativitas

Mahasiswa pun dapat merancang tugas akhir sesuai dengan minat dan kemampuannya. Apa pun pilihannya, skripsi atau nonskripsi, maka dasar pijakannya adalah sebuah karya ilmiah, yang tentu saja memiliki pakem yang harus dikuasai mahasiswa.

Dalam konteks ini, kemudahan dan kebebasan untuk membuat sebuah tugas akhir tentu saja diharapkan tidak menjadi beban berat model baru. Artinya, jangan sampai model nonskripsi menjadi model stres baru, yang dapat menghambat kelulusan.

Mahasiswa perlu menyadari bahwa kelonggaran tidak membuat skripsi sebenarnya bukanlah urusan untuk menggampangkan kelulusan. Skripsi atau nonskripsi tetaplah sebuah karya ilmiah karena nilai hakiki di dalamnya adalah menegakkan kebenaran yang bersifat fakta dan objektif dengan metodologi.

Dengan demikian, tugas akhir apa pun bentuknya sebagai karya ilmiah merupakan suatu kebanggaan melekat pada mahasiswa, yang justru akan membedakannya dengan yang bukan mahasiswa.

Untuk itu, mahasiswa hendaknya mampu menentukan pilihan jalur skripsi dengan ujian teori atau nonskripsi dengan uji kompetensi dan kreativitas.

Bagaimana memilihnya?

Ada konsep AKU (ambisi, kemampuan, dan usaha) yang diperkenalkan Dewi Budi Matindas, pakar psikologi, sebagai alat ukur diri, sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan aman dan nyaman.

Mahasiswa perlu mengenali ambisinya, misalnya, merancang model kampanye setop merokok di kalangan remaja dengan lomba band sekolah, atau membuat kedai kopi dengan model persahabatan, maka ia juga harus mampu dan menguasai teori komunikasi interpersonal. Ini artinya, proyek pun memerlukan landasan teori.

Selain itu, menurut teori Pusat Kendali Internal (Locus of Control, JB Rotter, 1958 ), mahasiswa harus yakin dan percaya bahwa dirinya sendirilah yang menentukan apa yang akan terjadi dengan dirinya. Bahkan dia bisa mengendalikan lingkungan sekitarnya sesuai dengan kebutuhannya.

Dengan tipe model kepribadian seperti ini, mahasiswa menyadari kemampuannya sendiri dalam menentukan pilihannya karena dia yakin dengan ambisi dan kemampuannya sehingga tidak mudah menyalahkan orang lain kalau dia mengalami kegagalan.

Ini artinya, kemerdekaan belajar dalam memilih jalur skripsi atau nonskripsi justru menjadi tantangan lebih berat bagi mahasiswa.

Ia tidak bisa hanya berangan-angan semata untuk menyelesaikan tugas akhirnya karena setiap ambisi harus diimbangi dengan kemampuan dan usaha keras.


*Penulis adalah mantan Kepala Lembaga Pendidikan Jurnalistik (LPJA) Kantor Berita Antara