Alat yang kini tersedia, kata Menkes Budi, bernama sprirometri yang dapat mendeteksi sejumlah penyakit yang dipicu udara kotor, seperti asma, tuberkulosis, kanker paru, dan paru obsurpsi kronis.
Sektor hilir lainnya yang kini diperkuat adalah kesiapan fasilitas pelayanan di rumah sakit untuk mengobati pasien dengan keluhan gangguan pernapasan.
"Itu sudah kita siapkan gimana perawatan di RS," kata Menkes Budi.
Baca juga: Legislator usul kenaikan pajak kendaraan bermotor untuk atasi polusi
Seluruh laporan terkait pengaruh udara kotor bagi kesehatan masyarakat, kata dia, dikoordinasikan kepada kementerian/lembaga terkait sebagai bahan evaluasi.
"Kami menjaga agar monitor kondisinya seperti apa. Kami laporkan ke kementerian yang handle sebabnya (udara kotor) dan kami siapkan kalau akibatnya terjadi pada masyarakat," katanya.
Sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) sekaligus Menteri ESDM Ad Interim Sandiaga Uno mengatakan Presiden Jokowi terkena dampak dari kualitas udara yang buruk dan tidak sehat di Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir.
“Presiden minta dalam waktu satu minggu ini ada langkah konkret karena Presiden sendiri sudah batuk katanya sudah hampir 4 minggu beliau (Presiden Jokowi) belum pernah merasakan seperti ini dan kemungkinan, dokter menyampaikan, ada kontribusi daripada udara yang tidak sehat dan kualitasnya buruk,” kata Sandiaga setelah rapat terbatas mengenai polusi udara di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/8).