Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan potensi penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp14.950 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp15.030 per dolar AS.
Pada pembukaan perdagangan Selasa ini, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank menguat 0,13 persen atau 19 poin menjadi Rp14.994 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.013 per dolar AS.
"Rupiah bisa menguat terhadap dolar AS hari ini dengan masih tertekannya dolar AS terhadap nilai tukar lainnya pagi ini, meskipun semalam data indeks manufaktur wilayah New York, AS, menunjukkan hasil yang lebih bagus dari ekspektasi. Data tersebut menunjukkan aktivitas manufaktur di wilayah New York di bulan Juli menunjukkan pertumbuhan, dibandingkan ekspektasi penurunan (+1,1 versus -4,3)," ujar dia di Jakarta, Selasa.
Selasa pagi ini, lanjut dia, indeks dolar AS terlihat masih tertekan di bawah angka 100. Pelaku pasar disebut menunggu data penting lainnya, seperti data penjualan ritel AS Juni 2023 yang akan dirilis malam ini untuk menggerakkan dolar kembali.
"Dari dalam negeri, rupiah bisa mendapatkan support dari data neraca perdagangan bulan Juni yang masih menunjukkan surplus," ungkap Ariston.
Artinya, ekspektasi inflasi yang menurun di AS masih menjadi sentimen penguat rupiah, ditambah surplus neraca perdagangan dalam negeri yang mendukung penguatan rupiah.