Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan tergelincir seiring naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).
Rupiah pada Senin melemah 42 poin atau 0,28 persen ke posisi Rp15.270 per dolar AS dibandingkan posisi pada perdagangan hari sebelumnya Rp15.228 per dolar AS.
"Rupiah diperkirakan melemah tertekan oleh penguatan dolar AS dan naiknya imbal hasil obligasi AS," kata analis DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Lukman mengatakan imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun mencapai level tertinggi dalam hampir empat bulan di posisi 4,811 persen sedangkan tenor 10 tahun di posisi 3,939 persen.
Dolar AS menguat setelah data inflasi terkait Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang jauh lebih kuat dari perkiraan, melanjutkan rentetan data ekonomi AS yang kuat.
Indeks PCE, pengukur inflasi pilihan Bank Sentral AS atau The Fed, melonjak 0,6 persen bulan lalu setelah naik 0,2 persen pada Desember, menurut data pada Jumat (24/2/2023).
Data inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS akan berlanjut, mendukung dolar AS menguat dan imbal hasil imbal hasil obligasi pemerintah AS naik.
The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 21-22 Maret 2023, meskipun beberapa analis melihat kemungkinan kenaikan 50 basis poin jika inflasi tetap tinggi dan pertumbuhan tetap kuat.