Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi, masih melemah menyusul prospek kenaikan suku bunga yang agresif oleh bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Rupiah pagi ini melemah 45 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp15.643 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.598 per dolar AS.
"Outlook dolar AS menguat dan tingginya tingkat imbal hasil obligasi AS dibalik prospek kenaikan suku bunga agresif dari The Federal Reserve di pekan ini, yang diperkirakan mereka akan menaikkan suku bunga sebesar 75 bps kembali," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.
Prospek kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve masih terjaga pada tengah pekan ini dengan banyak analis memperkirakan bank sentral akan kembali meningkatkan suku bunga sebesar 75 bps seperti beberapa pertemuan sebelumnya.
Di sisi lain, pasar mencerna komentar terbaru dari Presiden AS dan Rusia. Presiden AS Joe Biden pada awal pekan mengatakan bahwa dia meminta perusahaan minyak dan gas untuk menggunakan keuntungan mereka yang tinggi untuk menurunkan harga-harga untuk orang Amerika dan meningkatkan produksi mereka, atau membayar pajak yang lebih tinggi.
Saat ini pemerintah AS berjuang melawan harga bahan bakar yang tinggi dengan pemilu yang akan datang dalam sepekan.
Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin juga memberikan pernyataan yang dipandang optimis oleh pasar dengan mengatakan bahwa dia dapat mendirikan pusat gas di Turki dengan cukup cepat dan yakin kontrak gas akan ditandatangani.
Putin juga menambahkan bahwa ada banyak orang di Eropa yang ingin dia melakukan itu.
Selanjutnya pada hari ini pasar akan mencari katalis dari rilis data ISM Manufacturing PMI dan JOLTS Job Openings AS pada malam nanti.
Pada Senin (31/10) lalu, rupiah ditutup melemah 44 poin atau 0,28 persen ke posisi Rp15.598 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.554 per dolar AS.