Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah, dibayangi pengetatan moneter agresif oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve.
Rupiah pagi ini melemah tipis satu poin atau 0,01 persen ke posisi Rp14.979 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.978 per dolar AS.
"Tekanan rupiah masih karena antisipasi pasar terhadap kemungkinan bank sentral AS yang akan terus mendorong kebijakan pengetatan moneter yang agresif untuk menekan inflasi AS ke level target 2 persen," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Pelaku pasar memperkirakan bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), akan tetap agresif ketika menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan pekan ini.
The Fed diproyeksikan akan menaikkan suku bunga 75 basis poin dengan beberapa peluang kenaikan 100 basis poin. Prospek kenaikan suku bunga oleh The Fedmenguat seiring rilis data inflasi AS yang lebih tinggi dari estimasi.
Rilis inflasi AS pekan lalu memperkuat persepsi pasar bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga yang lebih tinggi dan menahan suku bunga sampai turunnya inflasi. Namun di sisi lain, lanjut Ariston, sentimen pasar terlihat cukup positif pagi ini dengan penguatan pergerakan indeks saham Asia.
"Sebagian pasar kelihatannya mengambil peluang masuk di level rendah. Sentimen positif ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah," ujar Ariston.
Pada Senin (19/9) lalu, rupiah ditutup melemah 23 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp14.978 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.955 per dolar AS.