Palembang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mendorong pengembangan kluster tanaman cabai untuk mengatasi tingginya kebutuhan di daerah setempat.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan dengan dibuatkan kluster maka akan memudahkan dalam beragam hal mulai dari kegiatan pembibitan, penanaman, pemanenan, pascapanen, hingga pemasaran.
“Tapi tidak semua daerah bisa dibuatkan kluster cabai, harus dipilih-pilih yang memang potensial,” kata Herman Deru membuka Rapat Koordinasi Program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan di Palembang, Rabu.
Selain itu, ia juga meminta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk menganalisa secara mendalam terkait jenis cabai yang menjadi kebutuhan utama masyarakat Sumsel.
“Cabai itu bermacam-macam jenisnya, yang mana yang paling banyak dibutuhkan dan tanam yang itu dulu,” kata dia.
Baca juga: BI Sumsel perkuat kordinasi TPID respons kenaikan harga cabai
Ia mengatakan kenaikan harga cabai merah keriting yang saat ini terjadi hingga berada di kisaran Rp90.000-Rp100.000 per kilogram terbilang cukup memprihatinkan karena memberatkan masyarakat.
Pemprov sejauh ini melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) telah membangun koordinasi dengan banyak pihak terutama untuk meningkatkan pasokan dari luar daerah.
Menurut Herman Deru, ke depan penting kiranya mulai dikenalkan dan diterapkan ‘digital farming’ ke petani karena cukup membantu petani agar terhindar dari kegagalan panen.
Sejauh ini penerapan digital farming itu sudah dilakukan di kluster cabai di Kabupaten Ogan Ilir yang produknya sudah dipasarkan ke masyarakat, kata dia.
Kepala Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan R. Erwin Soeriadimadja mengatakan kenaikan harga cabai ini dipengaruhi oleh cuaca tak menentu di masa pancaroba sehingga membuat sentra perkebunan cabai di Sumsel mengalami gagal panen.
Baca juga: Terinspirasi cabai, Porsche rilis 911 khusus untuk pasar Indonesia
Lantaran itu, Sumsel bertumpu pada pasokan dari daerah lain yang juga mengalami persoalan yang sama.
“Untuk beras memang Sumsel surplus, tapi untuk cabai dan bawang kebutuhan jauh lebih tinggi. Itulah BI mengembangkan digital farming dengan tingkat keberhasilan 100 persen di kluster cabai Ogan Ilir, yang diharapkan dapat dilakukan daerah lain juga,” kata dia.
Program digital farming ini dilakukan BI karena hingga kini sulit ditemukan daerah di Tanah Air yang benar-benar mandiri.
Oleh karena itu, adanya program Sumsel Mandiri Pangan yang dicanangkan Pemprov Sumsel mendapat dukungan Bank Indonesia bahkan program itu layak diadopsi menjadi Sumatera Mandiri Pangan, kata dia.
Baca juga: Sukses pilot project tanam cabai, BI dorong digitalisasi pertanian di Sumsel