Jais Darga: Film "Nana" jadi kado terakhir untuk Mami
Jakarta (ANTARA) - Produser film “Before, Now & Then” Jais Darga mengatakan bahwa film itu menjadi kado terakhir yang dipersembahkan untuk mendiang ibundanya yang meninggal dunia pada tiga tahun lalu.
Ia mengatakan ide hingga rencana untuk pembuatan film tersebut telah didiskusikan bersama tim inti produksi sebelum sang ibu wafat. Bahkan, ia sendiri sempat memberi kabar atas rencana tersebut kepada ibunya.
“Saya cerita ke ibu saya, ‘Mam, Jais mau bikin film tentang Mami, lho, yang ini’. Ibu saya: ‘Yang mana ya?’ Ibuku kan juga baca. Dia nanya, ‘Film apa? Sinetron?’ Kata saya, ‘Bukan, Mam, layar lebar’. ‘Oh, itu kan mahal’, kata dia. Waktu itu Mami berusia 90 tahun. ‘Mami, ini kado untuk Mami’,” cerita Jais saat dijumpai wartawan, Jumat.
Sebagai informasi, film baru garapan sutradara Kamila Andini ini mengangkat kisah hidup ibunda Jais, yakni Raden Nana Sunani (diperankan oleh Happy Salma). Cerita “Nana” terinspirasi dari satu bab novel “Jais Darga Namaku” yang ditulis oleh Ahda Imran.
“Mami sendiri memang percaya sama Happy karena Mami juga dekat dengan Happy, dengan Kamila. Waktu itu dia bilang, ‘Oh ternyata (yang terlibat di film) para perempuan semua yang gagah perkasa’. Dalam hati saya, ‘Ya, seperti Mami’,” ujar Jais yang dikenal sebagai art dealer skala internasional itu.
Di mata Jais, sosok ibunda merupakan perempuan hebat meski Nana bukan siapa-siapa. Ia juga mengaku bangga telah dilahirkan sebagai anak dari Nana.
“Nanti di film itu akan kelihatan siapa Nana itu atau bisa baca di bukunya,” tuturnya.
Dalam film “Nana”, ia bertindak sebagai produser eksekutif. Jais mengaku tak ingin ikut campur dengan proses kreatif para pembuat film. Ia sepenuhnya mempercayakan proyek film di tangan Kamila dan Fourcolours.
Ketika mendengar kabar “Nana” masuk kompetisi utama Festival Film Berlin, ia mengaku terharu dan tidak menyangka atas pencapaian yang sebelumnya tidak diekspektasikan.
“Karena saya tidak punya beban, mau ikut festival, mau apapun, jadi ketika tiba-tiba masuk di Berlin, ini suatu kejutan yang membuat saya terharu. Sangat terharu, unbelievable,” tuturnya.
Ia mengatakan ide hingga rencana untuk pembuatan film tersebut telah didiskusikan bersama tim inti produksi sebelum sang ibu wafat. Bahkan, ia sendiri sempat memberi kabar atas rencana tersebut kepada ibunya.
“Saya cerita ke ibu saya, ‘Mam, Jais mau bikin film tentang Mami, lho, yang ini’. Ibu saya: ‘Yang mana ya?’ Ibuku kan juga baca. Dia nanya, ‘Film apa? Sinetron?’ Kata saya, ‘Bukan, Mam, layar lebar’. ‘Oh, itu kan mahal’, kata dia. Waktu itu Mami berusia 90 tahun. ‘Mami, ini kado untuk Mami’,” cerita Jais saat dijumpai wartawan, Jumat.
Sebagai informasi, film baru garapan sutradara Kamila Andini ini mengangkat kisah hidup ibunda Jais, yakni Raden Nana Sunani (diperankan oleh Happy Salma). Cerita “Nana” terinspirasi dari satu bab novel “Jais Darga Namaku” yang ditulis oleh Ahda Imran.
“Mami sendiri memang percaya sama Happy karena Mami juga dekat dengan Happy, dengan Kamila. Waktu itu dia bilang, ‘Oh ternyata (yang terlibat di film) para perempuan semua yang gagah perkasa’. Dalam hati saya, ‘Ya, seperti Mami’,” ujar Jais yang dikenal sebagai art dealer skala internasional itu.
Di mata Jais, sosok ibunda merupakan perempuan hebat meski Nana bukan siapa-siapa. Ia juga mengaku bangga telah dilahirkan sebagai anak dari Nana.
“Nanti di film itu akan kelihatan siapa Nana itu atau bisa baca di bukunya,” tuturnya.
Dalam film “Nana”, ia bertindak sebagai produser eksekutif. Jais mengaku tak ingin ikut campur dengan proses kreatif para pembuat film. Ia sepenuhnya mempercayakan proyek film di tangan Kamila dan Fourcolours.
Ketika mendengar kabar “Nana” masuk kompetisi utama Festival Film Berlin, ia mengaku terharu dan tidak menyangka atas pencapaian yang sebelumnya tidak diekspektasikan.
“Karena saya tidak punya beban, mau ikut festival, mau apapun, jadi ketika tiba-tiba masuk di Berlin, ini suatu kejutan yang membuat saya terharu. Sangat terharu, unbelievable,” tuturnya.