Rehabilitasi hutan nonrotasi upaya FoLU Net Sink 2030
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyampaikan rehabilitasi hutan non-rotasi menjadi salah satu upaya jangka panjang sektor hutan dan tata guna lahan (Forestry and Other Land Use/FoLU) untuk mencapai penyerapan bersih (net sink) pada 2030.
"Strategi panjang kita dimana kita akan mencapai net sink 2030 salah satunya yang paling ingin saya dorong adalah bagaimana kita bisa melihat, memperhatikan fokus pada rehabilitasi non rotasi," ujar Direktur Konservasi Tanah dan Air, KLHK, Muhammad Zainal Arifin dalam webinar Paviliun Indonesia bertema "Achieving Indonesia Net SINK FoLU 2030 &Recovering National Economic Through Mangrove Rehabilitation" yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Ia mengemukakan, rehabilitasi non rotasi yakni kegiatan dengan luasan yang signifikan untuk membangun tutupan lahan, sehingga apa yang menjadi rancangan perencanaan untuk mencapai FoLU Net Sink dapat dicapai dengan strategi yang lebih terencana.
"Target Net Sink tahun 2030 masih membutuhkan 1,8 juta hektar, ini merupakan tantangan besar, harus kerja bersama. Tindakannya bukan hanya kolektif, tapi kita membangun semua orang untuk berpartisipasi mencapai target net sink itu," katanya.
Zainal mengemukakan, biaya rehabilitasi hutan dan lahan tersebut telah menjadi komponen belanja pemerintah yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).
"Secara bersama-sama kita bisa membangun konsep dari anggaran yang sudah ada," ucapnya.
Namun, lanjut dia, dalam merehabilitasi hutan dan lahan itu juga harus menggandeng sektor swasta untuk bersama-sama mencapai target FoLU Net Sink.
"Kita adalah aktor, baik yang memperbaiki maupun yang mengganggu keseimbangan pengelolaan alam," ujarnya.
Ia mengatakan, hutan dan lingkungan adalah sistem pendukung kehidupan, kita akan hidup dengan baik jika hutan dan lingkungan menjalankan fungsi ekologisnya dengan baik.
"Segala jenis tindakan untuk melindungi planet ini adalah tindakan melindungi keberadaan kita," ucapnya.
"Strategi panjang kita dimana kita akan mencapai net sink 2030 salah satunya yang paling ingin saya dorong adalah bagaimana kita bisa melihat, memperhatikan fokus pada rehabilitasi non rotasi," ujar Direktur Konservasi Tanah dan Air, KLHK, Muhammad Zainal Arifin dalam webinar Paviliun Indonesia bertema "Achieving Indonesia Net SINK FoLU 2030 &Recovering National Economic Through Mangrove Rehabilitation" yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Ia mengemukakan, rehabilitasi non rotasi yakni kegiatan dengan luasan yang signifikan untuk membangun tutupan lahan, sehingga apa yang menjadi rancangan perencanaan untuk mencapai FoLU Net Sink dapat dicapai dengan strategi yang lebih terencana.
"Target Net Sink tahun 2030 masih membutuhkan 1,8 juta hektar, ini merupakan tantangan besar, harus kerja bersama. Tindakannya bukan hanya kolektif, tapi kita membangun semua orang untuk berpartisipasi mencapai target net sink itu," katanya.
Zainal mengemukakan, biaya rehabilitasi hutan dan lahan tersebut telah menjadi komponen belanja pemerintah yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).
"Secara bersama-sama kita bisa membangun konsep dari anggaran yang sudah ada," ucapnya.
Namun, lanjut dia, dalam merehabilitasi hutan dan lahan itu juga harus menggandeng sektor swasta untuk bersama-sama mencapai target FoLU Net Sink.
"Kita adalah aktor, baik yang memperbaiki maupun yang mengganggu keseimbangan pengelolaan alam," ujarnya.
Ia mengatakan, hutan dan lingkungan adalah sistem pendukung kehidupan, kita akan hidup dengan baik jika hutan dan lingkungan menjalankan fungsi ekologisnya dengan baik.
"Segala jenis tindakan untuk melindungi planet ini adalah tindakan melindungi keberadaan kita," ucapnya.