Jambi (ANTARA) - Kondisi harimau sumatera (Phantera tigris Sumatrae) yang menjalani rehabilitasi di Tempat Penyelamatan Satwa ( TPS ) BKSDA Jambi di Mendalo, Muarojambi, mulai membaik.
Satwa dilindungi itu masuk perangkap yang dipasang BKSDA Jambi di Desa Air Batu, Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin, Jambi, setelah berkonflik dengan manusia.
"Untuk saat ini kondisi harimau tersebut terus dipantau kesehariannya melalui kamera trap dan saat ini sudah mau makan dengan jumlah banyak dibandingkan awal masuk rehabilitasi di sini," kata Kepala TU BKSDA Jambi, Teguh Sriyanto di Jambi, Senin.
Ia menyebutkan sekarang ini masih dalam tahap observasi dan masih terus dipantau perkembangan kondisinya dan memang tim medis belum berani melakukan tindakan pemeriksaan yang lebih jauh karena belum berani melakukan anestesi langsung dengan satwa itu.
Untuk sekarang memantau kondisi fisiknya dulu nanti kalau sudah lebih kuat, akan dilakukan pemeriksaan lebih mendalam dengan cara dibius.
"Secara umum kondisinya sudah membaik respons kepada kita kalau kita datang itu sudah bagus, kalo kemarin masih lemah sekarang ini nampak orang sudah langsung ada respons dan makan ayamnya juga sudah bisa 3-4 ekor ayam ditambah dengan vitamin," kata Teguh.
"Makanan harimau ini selalu diberikan dalam bentuk hidup bukan daging, seperti ayam dan kemarin diberi kelinci hidup dan kita usahakan masih seperti di alam agar dia bisa memangsa atau menangkapnya sendiri dan bisa langsung dimakan," kata Teguh Sriyanto.
Kemudian dokter hewannya sekarang prinsipnya tidak menjatah makanan nanti kalau sudah dimakan kasih lagi, tidak diukur harus berapa kilo misalnya, karena ini paling penting makan sebanyak-banyaknya biar harimau itu bisa cepat pulih staminanya.
"Melihat kondisinya saat ini seperti itu tidak mungkinlah dalam waktu cepat bisa pulih kita harus bertahap juga dan sekarang responnya sudah bagus, melihat orang sudah mulai menunjukkan ketidaksukaannya dan langsung dengan suara dan segala macamnya, mudah mudahan dalam minggu minggu ini bisa dilakukan pembiusan," katanya.
Upaya ini dilakukan untuk memastikan apakah ada penyakit di dalamnya atau tidak, kakinya terkena jerat atau yang lain, kalau sekarang kita masih menduga duga, kata Teguh Sriyanto.