INKA-Kemenko Marves kembangkan peti kemas berpedingin untuk ikan laut
Madiun (ANTARA) - PT Industri Kereta Api (Persero) atau PT INKA bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengembangkan inovasi "reefer container" atau peti kemas berpendingin guna menjawab kebutuhan transportasi hasil ikan laut yang aman, segar, dan berkualitas.
Adapun, uji ketahanan purwarupa reefer container dilakukan di Pelabuhan Tamperan, Pacitan, Jawa Timur pada Kami (23/9).
Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro mengatakan selama ini ada kesulitan dalam pengiriman hasil laut. Karenanya, diperlukan sebuah peti kemas berpendingin dengan sistem teknologi yang canggih.
"Selama ini pengiriman hasil laut hanya menggunakan segala macam es untuk pendinginannya," ujar Budi Noviantoro dalam keterangannya di Madiun, Jumat.
Karenanya, pihaknya mendorong "engineering" PT INKA untuk terus berinovasi dalam risetnya hingga tercipta peti kemas yang berkualitas. Engineering melakukan uji statis "endurance" atau ketahanan guna menakar kualitas dan kinerja sistem automatisasi serta ketahanan dalam menghadapi guncangan gelombang laut.
"Nanti uji endurancenya dibuat sampai ke laut. Saya harapkan, secara teori prototipe ini sudah bisa digunakan," kata dia.
Pengangkutan hasil laut sampai ke dalam peti kemas memanfaatkan sistem hybrid di dalam prototipe. Pengisian daya power suplainya menggabungkan sel surya, baterai, dan generator.
Sedangkan bodinya menggunakan "polyurethane foam" dengan kerangka kontruksi "stainless steel" yang mampu menjaga temperatur hingga minus 22 derajat Celcius sehingga kualitas ikan tetap terjaga sampai tujuan.
"Kami integrasikan solar panel dengan baterai dan genset diesel agar nelayan tidak bergantung dengan bahan bakar minyak (BBM)," tegasnya.
Ada lima jenis prototipe reefer container yang akan dibuat PT INKA dengan menggandeng Universitas Brawijaya (UB) Malang. Berupa mini reefer container dengan kapasitas mulai 1 ton, 2 ton, 5 ton, 20 "feet", dan 40 "feet" disesuaikan kebutuhan international "shipping".
"Kami targetkan Desember selesai standardisasi dan uji sertifikasi agar Januari 2022 sudah dapat diproduksi massal," terang Novianto.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mendorong kesiapan produksi dalam negeri. Diharapkan dapat meningkatkan nilai jual sumber daya agromaritim, terutama perikanan.
"Potensi laut kita sangat besar. Terima kasih PT INKA yang telah menciptakan inovasi ini," ujar Asisten Deputi Hilirisasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Amalyos Chan.
Amalyos menegaskan nantinya prototipe atau purwarupa peti kemas berpendingin segera diproses SNI dan TKDN-nya. Agar karya anak bangsa tersebut sanggup bersaing dan tidak kalah dengan produksi luar negeri.
"Dengan inovasi ini, kita bisa berdaulat dan mandiri. Tidak lagi bergantung dengan produk luar negeri," katanya.
Adapun, uji ketahanan purwarupa reefer container dilakukan di Pelabuhan Tamperan, Pacitan, Jawa Timur pada Kami (23/9).
Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro mengatakan selama ini ada kesulitan dalam pengiriman hasil laut. Karenanya, diperlukan sebuah peti kemas berpendingin dengan sistem teknologi yang canggih.
"Selama ini pengiriman hasil laut hanya menggunakan segala macam es untuk pendinginannya," ujar Budi Noviantoro dalam keterangannya di Madiun, Jumat.
Karenanya, pihaknya mendorong "engineering" PT INKA untuk terus berinovasi dalam risetnya hingga tercipta peti kemas yang berkualitas. Engineering melakukan uji statis "endurance" atau ketahanan guna menakar kualitas dan kinerja sistem automatisasi serta ketahanan dalam menghadapi guncangan gelombang laut.
"Nanti uji endurancenya dibuat sampai ke laut. Saya harapkan, secara teori prototipe ini sudah bisa digunakan," kata dia.
Pengangkutan hasil laut sampai ke dalam peti kemas memanfaatkan sistem hybrid di dalam prototipe. Pengisian daya power suplainya menggabungkan sel surya, baterai, dan generator.
Sedangkan bodinya menggunakan "polyurethane foam" dengan kerangka kontruksi "stainless steel" yang mampu menjaga temperatur hingga minus 22 derajat Celcius sehingga kualitas ikan tetap terjaga sampai tujuan.
"Kami integrasikan solar panel dengan baterai dan genset diesel agar nelayan tidak bergantung dengan bahan bakar minyak (BBM)," tegasnya.
Ada lima jenis prototipe reefer container yang akan dibuat PT INKA dengan menggandeng Universitas Brawijaya (UB) Malang. Berupa mini reefer container dengan kapasitas mulai 1 ton, 2 ton, 5 ton, 20 "feet", dan 40 "feet" disesuaikan kebutuhan international "shipping".
"Kami targetkan Desember selesai standardisasi dan uji sertifikasi agar Januari 2022 sudah dapat diproduksi massal," terang Novianto.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mendorong kesiapan produksi dalam negeri. Diharapkan dapat meningkatkan nilai jual sumber daya agromaritim, terutama perikanan.
"Potensi laut kita sangat besar. Terima kasih PT INKA yang telah menciptakan inovasi ini," ujar Asisten Deputi Hilirisasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Amalyos Chan.
Amalyos menegaskan nantinya prototipe atau purwarupa peti kemas berpendingin segera diproses SNI dan TKDN-nya. Agar karya anak bangsa tersebut sanggup bersaing dan tidak kalah dengan produksi luar negeri.
"Dengan inovasi ini, kita bisa berdaulat dan mandiri. Tidak lagi bergantung dengan produk luar negeri," katanya.