Jalur pendakian Gunung Guntur tetap dibuka untuk umum walau kebakaran hutan
Garut (ANTARA) - Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah V Garut menyatakan jalur wisata pendakian Gunung Guntur di Kabupaten Garut, Jawa Barat, tetap dibuka untuk umum meskipun rawan terjadi kebakaran hutan pada musim kemarau.
"Jalur pendakian masih terbuka untuk pendaki, tidak ada penutupan di musim kemarau ini," kata Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah V Garut, Purwantono di Garut, Minggu.
Ia menuturkan Gunung Guntur di Kecamatan Tarogong Kaler sering menjadi destinasi wisata pendakian bagi wisatawan atau pecinta alam dari berbagai daerah.
Gunung Guntur yang menjadi kawasan rawan kebakaran hutan saat kemarau, kata dia, tidak menjadikan jalur tersebut ditutup karena kebakaran tersebut tidak terlalu mengancam di jalur pendakian.
"Tidak apa-apa, bahkan saat terjadi kebakaran para pendaki membantu ikut memadamkan api," katanya.
Ia menyampaikan penyebab kebakaran belum dapat diketahui secara pasti. Faktor alam akibat gesekan batu kemudian memicu percikan api itu belum dapat dibuktikan, sehingga dugaan sementara karena faktor kalalaian manusia.
Ia mengimbau masyarakat maupun yang melakukan pendakian di Gunung Guntur tidak menyalakan api di sembarang tempat, apalagi meninggalkan bekas perapian dalam keadaan masih menyala.
"Untuk itu kami mengimbau siapa saja yang ada di Gunung Guntur tidak membuat api di sembarang tempat, karena bisa memicu kebakaran," katanya.
Ia mengungkapkan selama musim kemarau sudah terjadi empat kali kebakaran yakni tiga kali di kawasan konservasi Gunung Guntur dan satu kali di lahan milik warga dengan luas lahan yang terbakar kurang lebih 20 hektare.
Selain Gunung Guntur, kata dia, Gunung Papandayan di Kecamatan Cisurupan juga pernah satu kali kebakaran pada awal Agustus 2019 dengan luas lahan yang terbakar sekitar 10 hektare.
"Lahan yang terbakar hanya tanaman kering, tidak sampai membakar pohon besar," katanya.
"Jalur pendakian masih terbuka untuk pendaki, tidak ada penutupan di musim kemarau ini," kata Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah V Garut, Purwantono di Garut, Minggu.
Ia menuturkan Gunung Guntur di Kecamatan Tarogong Kaler sering menjadi destinasi wisata pendakian bagi wisatawan atau pecinta alam dari berbagai daerah.
Gunung Guntur yang menjadi kawasan rawan kebakaran hutan saat kemarau, kata dia, tidak menjadikan jalur tersebut ditutup karena kebakaran tersebut tidak terlalu mengancam di jalur pendakian.
"Tidak apa-apa, bahkan saat terjadi kebakaran para pendaki membantu ikut memadamkan api," katanya.
Ia menyampaikan penyebab kebakaran belum dapat diketahui secara pasti. Faktor alam akibat gesekan batu kemudian memicu percikan api itu belum dapat dibuktikan, sehingga dugaan sementara karena faktor kalalaian manusia.
Ia mengimbau masyarakat maupun yang melakukan pendakian di Gunung Guntur tidak menyalakan api di sembarang tempat, apalagi meninggalkan bekas perapian dalam keadaan masih menyala.
"Untuk itu kami mengimbau siapa saja yang ada di Gunung Guntur tidak membuat api di sembarang tempat, karena bisa memicu kebakaran," katanya.
Ia mengungkapkan selama musim kemarau sudah terjadi empat kali kebakaran yakni tiga kali di kawasan konservasi Gunung Guntur dan satu kali di lahan milik warga dengan luas lahan yang terbakar kurang lebih 20 hektare.
Selain Gunung Guntur, kata dia, Gunung Papandayan di Kecamatan Cisurupan juga pernah satu kali kebakaran pada awal Agustus 2019 dengan luas lahan yang terbakar sekitar 10 hektare.
"Lahan yang terbakar hanya tanaman kering, tidak sampai membakar pohon besar," katanya.