Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan titik panas kebakaran hutan dan lahan diperkirakan masih akan terus bertambah.
"Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan musim kering masih akan terjadi selama beberapa bulan. Karena itu, titik panas diperkirakan masih akan bertambah," kata Agus dalam jumpa pers di Graha BNPB, Rabu (31/7).
Agus mengatakan pasukan TNI sudah dikirimkan untuk mencegah pembakaran hutan ke lima provinsi yang sudah menyatakan status darurat kebakaran hutan dan lahan, yaitu Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimentan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Jambi juga menjadi salah satu provinsi yang menjadi fokus pencegahan kebakaran hutan dan lahan, tetapi baru menyatakan status darurat pada 23 Juli 2019.
"Total sudah ada 5.679 personel TNI yang dikirimkan ke lima provinsi. Di Jambi belum dikirimkan karena baru saja menyatakan status darurat," tuturnya.
Agus mengatakan provinsi yang paling banyak titik panas adalah Riau. Karena itu, BNPB sudah melakukan operasi pengeboman air melalui udara. Terdapat 17 helikopter dari berbagai kementerian/lembaga, TNI/Polri, dan swasta yang disiagakan di Riau.
"Teknologi modifikasi cuaca sudah dilakukan meskipun hasilnya hujan yang tidak merata cukup berhasil memadamkan sebagian kebakaran hutan dan lahan," jelasnya.
Hingga Selasa (30/7) pukul 08.00 WIB, total sebaran titik panas di seluruh Indonesia sebanyak 433 titik, dengan provinsi Riau yang terbanyak, yaitu 132 titik, disusul Kalimantan Tengah 38 titik.
Selama 2019, lima provinsi dengan titik panas terbanyak adalah Riau (3.418), Nusa Tenggara Timur (1.660), Kalimantan Barat (1.134), Kalimantan Tengah (1.100), dan Kepulauan Riau (793).
Total luas lahan terbakar hingga 29 Juli 2019 pukul 08.00 WIB adalah 42.740,42 hektare di seluruh Indonesia. Riau mengalami kebakaran hutan dan lahan terluas, yaitu 27.583 hektare. (T.D018)