Jakarta (ANTARA) - Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa 7, Banten akan beroperasi dalam kurun waktu kurang dari satu tahun dengan kapasitas daya sebesar 2 x 1.000 MW.
PLTU Jawa 7 akan menjadi PLTU Batu bara terbesar dan pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi boiler Ultra Super Critical (USC). Teknologi USC dapat meningkatkan efisiensi pembangkit 15 persen lebih tinggi dibandingkan non USC sehingga menurunkan biaya bahan bakar per kWh.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu, menjelaskan, Pemerintah terus mendorong percepatan 35.000 MW dengan teknologi yang lebih ramah lingkungan, salah satunya di PLTU Jawa 7.
"Jawa Bali kita tahu pertumbuhan ekonominya cukup pesat. Dengan adanya tambahan pasokan listrik dari PLTU Jawa 7 nantinya, pasokan industri akan lebih terjamin, masyarakat lebih produktif dan sektor ekonomi kreatif juga semakin berkembang," tambah Agung.
Sementara itu, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat PLN, Haryanto W.S mengungkapkan bahwa proyek tersebut direncanakan akan beroperasi resmi secara komersial untuk mendukung pasokan sistem Jawa - Bali pada Oktober 2019 untuk unit 1 dan April 2020 untuk unit 2.
Kelebihan lain dari PLTU Jawa 7 yaitu dalam operasinya menggunakan SWFGD (Sea Water Fuel Gas Desulfurization). Sistem ini sangat ramah lingkungan karena penyaluran batu bara dari tongkang menggunakan coal handling plant sepanjang 4 km sehingga tidak ada batubara yang tercecer hingga coal yard.
Proyek ini memakai bahan bakar batu bara Low Rank yang memiliki nilai kalor 4000 hingga 4600 kCal/kg. Dengan kebutuhan batubara untuk menjalankan PLTU Jawa 7 sekitar 7 (tujuh) juta ton per tahun bila sudah beroperasi 2 unit.
Setelah rampung, daya pembangkit akan disalurkan untuk memperkuat sistem interkoneksi Jawa-Bali melalui jaringan Suralaya-Balaraja 500 kV. Hingga saat ini progress pembangunan pembangkit unit 1 mencapai 99,08 persen per Mei 2019.