Sleman (Antarasumsel.com) - Roti Kolmbeng yang ada sejak masa penjajahan Belanda, sampai saat ini masih tetap bertahan dan terus diproduksi oleh seorang pengrajin di Dusun Beluran, Sidomoyo, Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Saya merupakan generasi ke dua yang membuat roti kolmbeng ini. Usaha ini sebenarnya meneruskan usaha orang tua, tetapi sampai saat ini peminat masih cukup banyak," kata perajin roti Kolmbeng di Desa Sidomoyo Yuliawati, Senin.
Menurut dia, roti yang pada jaman dahulu merupakan perlengkapan sesaji sampai sekarang masih tetap bertahan dan semakin banyak diburu masyarakat.
"Dulu roti tradisional berbahan tepung tapioka dan bercita rasa rempah-rempah ini untuk sesaji, kini memang semakin jarang ditemui," katanya.
Ia mengatakan, meskipun saat ini banyak produk roti beraneka rupa dan rasa hasil olahan pabrikan yang beredar di pasaran, namun roti Kolmbeng ini masih mampu bertahan dan semakin banyak pelanggan.
"Roti ini masih banyak disukai, masih banyak pelanggan, makanya saya dan adik tetap membuat roti ini, untuk memenuhi pelanggan dan meneruskan usaha orang tua," katanya.
Tidak seperti namanya yang rumit diucapkan, tampilan roti kolmbeng segi empat ini aman sederhana, warnanya coklat polos dan bertabur irisan kacang di bagian tengahnya.
"Roti ini sangat renyah jika digigit, sehingga banyak orang yang menyukainya," katanya.
Yuliawati mengatakan, dirinya mulai meneruskan usaha orang tuanya membuat roti kolmbeng ini sejak 1994 sampai sekarang.
"Rata-rata satu hari saya dan adik membuat roti kolmbeng ini sebanyak 1.000 biji. Setiap hari kemasan berisi 10 biji roti ini dijual Rp10 ribu, dengan harga Rp1.200 per bijinya. Kalau dalam satu bulan kami mampu memproduksi 16 ribu roti dengan omzet belasan juta rupiah," katanya.
Ia mengatakan, di Kota Yogyakarta dulu roti kolmbeng hanya dijual oleh pedagang "tenongan" (pedagang makanan keliling) di luar Pasar Beringharjo, namun saat ini sudah banyak dijual di warung-warung.
"Banyak juga pelanggan yang langsung membeli di sini, tetapi lebih banyak mereka yang membeli untuk dijual lagi," katanya.
Roti kolmbeng ini, kata dia, masih tradisional, tidak pakai pengawet, anak-anak juga banyak yang suka untuk buat teman minum teh sehari-sehari, buat hajatan, dan oleh-oleh.
"Kalau nama kolmbeng sendiri saya tidak tahu dari mana asalnya, tidak ada yang tahu pasti, apa arti sesungguhnya," katanya.
Pembuatan roti kolmbeng ini, menurut dia cukup rumit, dan membutuhkan teknik yang tidak bisa dilakukan sembarang orang.
"Meski bahan-bahan cukup sederhana seperti tepung tapioka, gula pasir, telur bebek serta rempah-rempah dari olahan cengkeh dan kayu manis, namun diperlukan ketelatenan dalam mengolah adonan hingga diperoleh rasa dan tekstur yang pas," katanya.
Begitu pula saat saat proses oven dibutuhkan suhu panas yang sedang untuk menjaga kerenyahan roti saat matang," katanya.
Berita Terkait
Karnaval budaya dan mobil hias meriahkan Hari Jadi Kabupaten Muara Enim ke-78
Jumat, 22 November 2024 7:54 Wib
KementerianKebudayaan optimistis usulkan rendang ke Unesco pada 2025
Kamis, 21 November 2024 14:50 Wib
Pemkab OKU Timur promosikan Kain Bidak di kancah nasional
Kamis, 21 November 2024 13:25 Wib
Kantor Wali Kota Palembang jadi lokasi wisata edukasi
Kamis, 21 November 2024 5:04 Wib
Dawet Ayu Banjarnegara jadi warisan budaya tak benda Indonesia
Rabu, 20 November 2024 10:04 Wib
Tari Setabik dari Muba terima sertifikat WBTB Indonesia 2024
Rabu, 20 November 2024 7:30 Wib