Untuk syutingnya sendiri dimulai pada 5 Juli 2025 dengan mengambil sejumlah lokasi di dataran Tinggi Gayo, dan Takengon sebagai lokasi utama.
"Saya tiba di sini saja, saya bilang waduh ini Hotel Portola langsung danau. Dengan view seperti ini tidak usah jauh-jauh ke Eropa, kita ke Takengon aja," ujarnya.
Reza berharap, film ini nantinya dapat mengangkat pariwisata daerah, khususnya Takengon. Karena, banyak film-film yang mengangkat atau memiliki latar belakang satu daerah tertentu ikut mengenalkan pariwisata daerah tersebut.
"Itu tentu benefit yang kemudian kita tuai di akhir. Jadi satu set rumah Onot itu kan adanya di atas gunung ya, di dataran yang lumayan tinggi, itu view-nya luar biasa," kata Reza Rahadian.
Dalam film ini, Reza Rahadian berperan sebagai seorang petani kopi Gayo bernama Onot yang digambarkan memiliki keterbatasan fisik karena tidak bisa melihat.
"Jadi ada perspektif yang menarik dalam film ini, suami istri yang dua-duanya tidak bisa melihat, kemudian bagaimana menjalani kehidupan seperti masyarakat biasa di tengah keterbatasan mereka," ujarnya.
Film ini juga bercerita tentang bagaimana hubungan suami istri yang berusaha untuk bisa memiliki anak, lengkap dengan hiruk pikuk yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat khususnya di tanah Gayo.
Menurutnya, film yang disutradarai Jeremias Nyangoen ini sangat menarik, apalagi karya-karya nya memang terkenal bagus. Karena itu, ia tidak bisa menolak untuk bergabung dalam filmnya.
"Saya menyaksikan bagaimana Mas Jeremias meraih Piala Citra-nya sebagai director terbaik, filmnya menjadi film terbaik di Festival Film Indonesia, kemudian menjadi perwakilan film Indonesia untuk Academy Awards, saya tidak mungkin tidak menerima film ini," demikian Reza Rahadian.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Reza Rahadian terkesan dengan keindahan alam Takengon Aceh
