Pelajaranberharga dari Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025

id timnas basket,bola basket,timnas basket indonesia

Pelajaranberharga dari Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025

Pemain Timnas Bola Basket Indonesia . (ANTARA/HO-Perbasi)

Pada laga tersebut, Indonesia sempat unggul sampai 7 poin dan mencatatkan laju 14-0. Tim Indonesia sempat unggul pada kuarter pertama hingga kuarter ketiga, sebelum akhirnya Korea Selatan membalikkan kedudukan di kuarter akhir.

Perlawanan Indonesia atas Korea Selatan, dan hanya kalah dengan tidak lebih dari 10 poin, mendapatkan apresiasi dari pelatih dan manajer.

"Anak-anak bermain sangat luar biasa. Mereka fight hadapi Korea yang ada di papan atas bola basket Asia. Bahkan kita sempat unggul di beberapa kuarter sampai akhirnya kuarter keempat Korea menyusul," kata Manajer Timnas Basket Indonesia, Rony Gunawan.

Namun menjadi antiklimaks ketika menghadapi Thailand, yang levelnya di bawah Thailand, bermain di Jakarta, namun Indonesia kalah hingga hingga 41 poin.


Statistik

Dalam catatan statistik di laman FIBA, banyak bagian yang perlu diperbaiki oleh Timnas Basket Indonesia untuk meningkatkan performa di masa mendatang.

Skuad Merah Putih masih memiliki efisiensi serangan yang rendah dengan hanya mencatat rata-rata poin sebesar 64 per pertandingan, jauh di bawah rata-rata tim lain di grup, seperti Australia (97,5 poin), Korea Selatan (82 poin), dan Thailand (73,8).

Efisiensi tembakan juga menjadi isu, dengan tingkat keberhasilan tembakan yang relatif rendah. Akurasi tembakan tertinggi dipegang oleh Abaraham Damar Grahita (56,5 %), dan Lester Prosper (48 %). Selain itu, tidak ada lagai yang memiliki akurasi di atas 40 persen.

Dari sisi pertahanan tim Indonesia kebobolan rata-rata 94,3 poin per pertandingan, tertinggi di grupnya, dibandingkan tim lawan yang rata-rata kebobolan kurang dari 80 poin. Selain itu Timnas Indonesia juga kesulitan bersaing di area rebound dan paint, mengingat postur pemain yang kalah tinggi dari pemain lawan.

Tim lawan memanfaatkan celah ini untuk mencetak poin lebih banyak dari jarak dekat, lewat kesempatan kedua yang didapat dari offensive rebound mereka. Hal ini diakui oleh pelatih Indonesia Johannis Winar.

"Data tidak bisa berbohong. Begitu shooting mereka kurang bagus, mereka akan memperbaiki. Dari sini, seharusnya kita tidak memberikan peluang untuk melakukan hal tersebut. Tapi dengan dua bigman yang mereka mainkan, lawan bisa dengan mudah mendapatkan kesempatan kedua," kata Johannis Winar dalam pertandingan melawan Thailand, di mana Indonesia kalah dalam jumlah rebound.

Hal itu pula yang dirasakan saat pertandingan melawan Korea Selatan. Indonesia sangat minim dalam penguasaan rebound.

Rata-rata rebound tim secara keseluruhan tidak mampu bersaing dengan tim-tim lain yang memiliki fisik lebih kuat. Hal ini memengaruhi penguasaan bola dan peluang mencetak angka. Jumlah rata-rata rebound terbanyak dipegang oleh Brandon Jawato dengan 8,2 rebound per laga.

Lagi-lagi ukuran tubuh pemain dan pengalaman bertanding di level internasional menjadi faktor penentu di sini.

PP Perbasi secara sadar mengetahui kelemahan postur pemain Indonesia ini, dan sedang berupaya dalam pengembangan pebasket muda dengan postur yang lebih tinggi. Selain itu, Ketua Umum PP Perbasi yang baru, Budisatrio Djiwandono, juga berupaya mengatasi hal ini dengan naturalisasi pemain keturunan Indonesia seperti yang dilakukan oleh PSSI.

Butuh waktu bagi PP Perbasi dan Kepala Pelatih Timnas Indonesia yang baru untuk membawa perubahan pada bola basket Indonesia untuk berkembang lebih besar.
 


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pelajaran berharga dari Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025