Pada bagian awal film, penonton akan diajak belajar membuat naskah film berdasarkan sudut pandang penulisnya. Di sini, Bagus menceritakan awal pertemuannya dengan Hana yang menjadi landasan ide cerita untuk film baru bergenre romantis.
Sebagai pria yang akhirnya bertemu dengan mantan cinta pertamanya di masa sekolah, Bagus memiliki fantasi romansa yang sebenarnya cukup klise dan tidak sesuai dengan pandangan Hana.
Ada beberapa hal yang membuat tindakan Bagus justru menegaskan bahwa dirinya egois, meskipun tindakan tersebut didasari rasa cintanya pada Hana.
Fantasi romansa yang diimajinasikan Bagus kerap dipatahkan oleh realitas berpikir dari Hana. Menurut Hana, impian Bagus untuk membuat film romansa dengan pemain berusia akhir 30-an adalah sesuatu yang mustahil.
“Jatuh cinta yang manis itu cuma milik anak muda” merupakan salah satu kutipan penting dan melekat pada Hana di film “JESEDEF” ini.
Dari pemikiran dan pertemuan cintanya dengan Hana, Bagus pun mulai menuliskan kisahnya dan akhirnya diadaptasi menjadi film di dalam film ini. Satu hal yang paling mengejutkan dari film ini adalah kecerdasan sutradara Yandy dalam membuat plot twist di akhir cerita.
Penonton akan dibuat tercengang saat film “JESEDEF” ini memiliki akhir: Membuat film di dalam film menjadi film.
Belajar mengikhlaskan untuk kepergian orang tersayang
Cerita Hana dan Bagus tidak akan bergulir di film “JESEDEF” jika suami Hana tidak meninggalkan dunia ini. Di awal pemutaran film, penonton akan diberikan suatu adegan mengharukan saat Hana dengan telaten mengurus suaminya sebelum detik-detik terakhir hidupnya.
Sang suami pun pada akhirnya pergi untuk selamanya dan hanya menyisakan duka mendalam bagi Hana seorang diri. Dengan mantap, Hana berjanji tidak akan pernah mencintai orang lain dan hanya mantan suaminya lah pria terakhir di hidupnya.
Di masa-masa dukanya inilah Hana bertemu kembali dengan Bagus, teman masa sekolahnya dulu. Sama seperti dulu, Bagus merupakan teman yang menyenangkan bagi Hana dan ia pun menceritakan kisah-kisah hidupnya pada Bagus.
Lambat laun, Hana mengetahui bahwa itikad baik Bagus bukanlah sekadar ingin berteman dengannya saja, tetapi lebih. Hana semakin kaget ketika kisah hidupnya dan pertemuannya dengan Bagus telah dibuat dalam naskah film.
Marah, kesal, kecewa, semua bercampur menjadi satu saat Hana mengetahui hal ini. Bahkan, ia belum dapat melupakan mantan suaminya dan masih berduka hingga kini.
“Yang berat dari berduka itu hidup harus berjalan, padahal kita lagi nggak bahagia,” merupakan kutipan saat Hana tidak berani beranjak dari dukanya selepas kepergian sang suami.
Namun, Hana pun semakin mengerti bahwa mengikhlaskan orang-orang yang disayanginya adalah jalan terbaik untuknya. Meneruskan hidup dan menemukan kebahagiaan baru agar hidupnya menjadi lebih berarti.
Film hitam-putih yang menggugah visual penonton
Berbeda dengan film-film umumnya, “JESEDEF” menyajikan konsep hitam-putih layaknya film tahun 30-an yang membuatnya semakin menarik. Di awal cerita, penonton akan melihat beberapa adegan berwarna seperti film-film lainnya.
Setelah beberapa menit “JESEDEF” diputar, penonton akan dikejutkan dengan adegan berwarna hitam-putih yang semakin intens dan akhirnya berlangsung hingga adegan menuju akhir. Di bagian paling akhir film ini, penonton akan dimanjakan kembali dengan adegan berwarna.
Meskipun berwarna hitam-putih, sinematografi film “JESEDEF” memiliki detail yang rapih dan tidak akan membuat penonton bingung dengan alur cerita di dalamnya.
Bahkan, penonton mungkin akan lupa bahwa selama penayangan film ini, mereka menonton film berwarna hitam-putih sebelum di akhir cerita film ini kembali menayangkan adegan berwarna seperti biasanya.
Film “JESEDEF” akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai tanggal 30 Neovember 2023. Film karya sutradara Yandy Laurens dari rumah produksi Imajinari ini diisi oleh jajaran aktor dan aktris Indonesia, yakni Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Julie Estelle, Dion Wiyoko, Sheila Dara, Alex Abbad, dan lainnya.