Dedikasi sang guru dalam film "Budi Pekerti"

id Film Budi Pekerti,Wregas Bhanuteja,Sha Ine Febriyanti,Dwi Sasono,Angga Yunanda,Prilly Latuconsina

Dedikasi sang guru dalam film "Budi Pekerti"

Jajaran tim produksi dan pemain saat menghadiri acara penayangan perdana film "Budi Pekerti" di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Senin (30/10/2023). (ANTARA/Vinny Shoffa Salma)

Sosok guru yang digambarkan oleh Bu Prani mengingatkan penonton untuk selalu bersikap santun kepada guru dan semua orang.
Di film “Budi Pekerti”, penonton akan melihat lebih dekat bagaimana sosok Prani Siswoyo yang sebetulnya cukup dekat dengan masyarakat Indonesia. Sosok ibu yang kuat, sabar, tabah, tetapi lembut dan penyayang, membuat penonton mengingat kembali masa-masa bersama ibu mereka.

Penonton pun akan mengerti permasalahan Prani di dalam film ini pasti juga dialami ibu mereka atau diri mereka yang telah menjadi ibu. Walaupun berat, Prani berusaha menjalankan perannya sebagai wanita karier dan ibu yang sedikit banyak merepresentasikan para wanita di luar sana.

Penonton juga akan melihat bagaimana interaksi antara Prani dan siswa-siswanya, bahkan mantan siswanya yang berhasil menjadi orang lebih baik. Berkat refleksi, alih-alih hukuman yang diberikannya saat seorang siswa melakukan kesalahan, mereka menjadi belajar banyak hal dan berubah menjadi lebih baik.


Detail cerita

Menariknya, film panjang kedua dari sutradara Wregas Bhanuteja ini memiliki detail cerita khas dirinya. Wregas dikenal sebagai salah satu sutradara Indonesia yang kerap memasukkan detail tidak terduga di setiap karyanya.

Misalnya, adegan masker kuning yang kerap digunakan keluarga Prani. Nyatanya, masker berwarna kuning merepresentasikan keluarga Prani, seperti unggas (bebek) yang berada di antara kawanan unggas lainnya.

Lain lagi dengan benda yang selalu ada di setiap adegan penting di film ini, yakni lampu lingkar (ring light). Lampu lingkar diibaratkan sebagai sosok hantu yang terus mengikuti keluarga itu kemana pun, yang justru menjadi buah simalakama bagi mereka.

Detail-detail cerita ini bagi Wregas merupakan salah satu aspek penting untuk karyanya. Ia ingin menyampaikan makna semiotik dari sebuah benda yang diharapkan dapat menjadi pesan berarti untuk penonton.

Tidak hanya itu, Wregas juga memperhatikan bagaimana ekspresi dan gestur dari para pemainnya di setiap adegan film, mulai dari gestur orang yang memiliki kebiasaan unik, orang yang sedih, dan lainnya.

Sekali lagi, Wregas berhasil menampilkan pesan tidak terduga dari sebuah aksi simbolis dari para pemain. Hebatnya, karya “Budi Pekerti” ini ditulis sendiri olehnya, sehingga keselarasan antara naskah asli dan akting yang dilakukan mendekati sempurna.


Pesan moral 

Melalui film ini, Wregas dan tim ingin menyampaikan bahwa semua yang terlihat, terekam kamera, bisa jadi tidak sesuai dengan kenyataan. Ia ingin penonton dapat mengenali suatu masalah dengan kepala dingin, tanpa menghakimi pelaku maupun korban.

Selain itu, sosok guru yang digambarkan oleh Bu Prani mengingatkan penonton untuk selalu bersikap santun kepada guru dan semua orang. Satu kesalahpahaman dapat menimbulkan efek domino yang sebenarnya tidak perlu terjadi jika disikapi dengan kepala dingin.

Sementara itu, film “Budi Pekerti” akan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai tanggal 2 November 2023. Film ini dibintangi oleh deretan bintang Tanah Air, yakni Sha Ine Febriyanti, Angga Yunanda, Prilly Latuconsina, Dwi Sasono, Omar Esteghlal, Ari Lesmana, dan lainnya.

Film “Budi Pekerti” telah diputar di festival film luar negeri, seperti Toronto International Film Festival (TIFF) 2023, SXSW Sydney 2023 Screen Festival, dan menjadi pembuka di Jakarta Film Week 2023.

Film ini juga berhasil mendapat 17 nominasi di Festival Film Indonesia (FFI) 2023 dan akan tayang sebagai official selection di Taipei Golden Horse International Film Festival 2023.