Jakarta (ANTARA) - "Kami sudah mengingatkan mereka segera terjadinya ledakan situasi yang besar. Namun, mereka menganggap remeh peringatan itu," kata seorang pejabat intelijen Mesir kepada Associated Press.
Yang dimaksud "kami" dalam kalimat itu adalah badan intelijen Mesir, sedangkan "mereka" adalah dinas intelijen Israel.
Mesir yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel dan berbatasan langsung, baik dengan Palestina di Jalur Gaza maupun dengan Israel di Distrik Selatan, sudah terbiasa berbagi informasi intelijen dengan Israel.
Intelijen Israel menganggap remeh peringatan itu karena merasa di atas angin, apalagi mereka hampir selalu berhasil dalam setiap sepak terjang mereka, termasuk dalam memperkirakan kemungkinan serangan musuh.
Mereka juga memiliki alat dan metode intelijen, yang memang salah satu terbaik di dunia.
Warga Palestina di Jalur Gaza hapal betul mengenai intelijen Israel karena setiap hari drone Israel terbang di atas Gaza untuk memata-matai kantong Palestina selain Tepi Barat itu.
Pagar perbatasan Israel-Gaza sendiri dijaga ketat oleh para personel terlatih dan rangkaian kamera di seluruh titik, yang masih ditambah oleh jaringan intelijen siber yang 24 jam memantau Gaza.
Selain itu, Israel fokus ke Tepi Barat di mana titik-titik konflik meletus belakangan ini, khususnya Yerusalem Timur.
Perhatian Israel juga tersita oleh gelombang pro-kontra terhadap langkah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam mengamendemen Undang-Undang Kehakiman.
Rasa di atas angin kian besar setelah Israel sukses melancarkan ofensif diplomatik yang membuat empat negara Arab (Uni Emirat Arab, Maroko, Sudan, dan Bahrain) membuka hubungan diplomatik dengan mereka 2 tahun lalu.
Israel bahkan tengah menjajaki kesepakatan serupa dengan Arab Saudi yang menjadi negara Arab dan Islam paling berpengaruh.
Itu semua membuat Israel meremehkan taksiran intelijen Mesir yang lebih menguasai kondisi lapangan di Gaza.
Sabtu pekan lalu, mereka kena batunya ketika Hamas meluncurkan 2.200 roket dalam Operasi Banjir Al-Aqsa yang membuat Israel kecolongan di pagar perbatasan Gaza.
48 jam kemudian, para pejuang Hamas menjebol pagar perbatasan itu kemudian menyerbu masuk teritori Israel guna bertempur melawan tentara Israel di dalam wilayah Israel.