Mewarisi semangat juang Cintawari lewat kain sasirangan

id tapin, berita kalsel,berita sumsel, berita palembang

Mewarisi semangat juang Cintawari lewat kain sasirangan

Pendiri Kelompok Cintawari Sasirangan Tapin Masdinah (kiri) menunjukkan kain sasirangan kepada seorang perempuan, Selasa, (15/8/2023). ANTARA/Muhammad Fauzi Fadilah

Sejak 2015 hingga sekarang, ada 15 motif sasirangan yang sudah dipatenkan Galuh dan mendapatkan hak kekayaan intelektual (HKI), yakni Naga Balahindang, Halang Manyaung, Buhan Tikup, Anak Bajang Bagandeng Tangan, Gasing Kemuning, Layang-layang Bakacak Pinggang, Papan Surui, Pucuk Papakuan, Dandang Badangung, Panting Pulantan, Bawang Tunggal, Wayang Topeng, Cabai Hiyung, Parang Balingan, dan Ayunan Raja Datu Ujung.

Dalam waktu dekat ini, Galuh memberikan informasi segera memperkenalkan 10 motif baru Cintawari Sasirangan Tapin kepada calon pelanggan di mana pun berada.

Selain lewat melalui media sosial-- cara memperkenalkan sasirangan--, Galuh harus turun tangan ikut dari pameran ke pameran. Baik tingkat lokal maupun nasional. Kain sasirangan dengan 15 motif ini sudah dikenal oleh warga lokal Kalimantan Selatan.

Tangan-tangan perempuan di Desa Timbaan, Kecamatan Tapin Selatan, ini terlihat piawai membuat motif sasirangan di atas kain dan menciptakan sebuah busana yang punya identitas khas daerah.

Setiap hari saat jam kerja, di rumah produksi kain sasirangan Cintawari ini ada saja ditemui para perempuan yang memproses kain sasirangan.

Adapun arti atau makna di balik 15 motif yang dikekalkan kelompok Cintawari Sasirangan Tapin dalam kain khas Banjar itu, yakni: 

Naga Balahindang

Motif Naga Balahindang ini menggambarkan tentang legenda cerita rakyat zaman dahulu yang ada di Kabupaten Tapin. Menceritakan tentang riwayat Sungai Tapin dan seorang manusia yang berubah menjadi seekor naga.

Halang Manyaung

Motif Halang Manyaung ini melambangkan pertarungan dua burung elang yang gagah berani dan tidak takut tantangan. Halang manyaung ini diambil dari cerita masyarakat Dayak Meratus Tapin yang diaplikasikan pada sebuah ritual saat “Aruh” atau kegiatan syukuran saat panen padi.