Sampel rambut itu dianalisis dan ditindak lanjut selama lima sampai tujuh tahun. Hasilnya, ditemukan setidaknya 133 kejadian penyakit kardiovaskular selama masa studi.
Individu dengan peningkatan kadar hormon kortisol dan kortison berisiko dua kali lipat mengalami penyakit kardiovaskular. Namun, bagi mereka yang berusia 57 tahun ke atas, tidak ada hubungan kuat yang diamati antara kortison rambut dan kadar kortisol dengan penyakit kardiovaskular.
Penulis studi dari Pusat Medis Universitas Erasmus di Rotterdam, Profesor Elisabeth van Rossum, mengatakan bahwa para peneliti berharap analisis rambut berpotensi berfungsi sebagai tes untuk membantu dokter dalam mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi penyakit kardiovaskular untuk menghasilkan pendekatan pengobatan baru di masa depan.
“Harapan kami adalah bahwa analisis rambut pada akhirnya terbukti bermanfaat sebagai tes yang dapat membantu dokter menentukan individu mana yang mungkin berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular. Kemudian, mungkin di masa depan penargetan efek hormon stres dalam tubuh bisa menjadi metode baru target pengobatan," kata dia.
Berita Terkait
Tips diet sehat untuk penderita obesitas
Selasa, 22 November 2022 10:55 Wib
Anak rentan stres ketika terpapar tontonan yang tidak sesuai
Rabu, 17 November 2021 13:52 Wib
Menjaga suasana hati dan memberikan energi saat pandemi dengan kembang gula
Senin, 20 April 2020 17:36 Wib
Akibat Kurang tidur menurunkan kadar hormon testosteron
Rabu, 10 Oktober 2018 10:03 Wib
Kurang tidur menurunkan kadar hormon testosteron
Rabu, 10 Oktober 2018 10:02 Wib
Patah hati bisa mengakibatkan berbagai masalah
Rabu, 19 September 2018 10:28 Wib
Pakar ajak ibu menyusui konsumsi daun torbangun
Sabtu, 4 November 2017 9:03 Wib
begini cara agar tidur lebih nyenyak
Senin, 25 September 2017 16:45 Wib