Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi dibuka melemah di tengah pelaku pasar yang merespons rilis data ekonomi Amerika Serikat.
Rupiah pagi ini melemah 11 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp15.594 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.583 per dolar AS.
"Data AS yang optimistis ditambah dengan jatuhnya ekuitas memicu permintaan untuk dolar Amerika setelah pembukaan Wall Street," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.
Pertumbuhan tahunan AS direvisi naik menjadi 3,2 persen, menurut laporan Produk Domestik Bruto kuartal III 2022.
Selain itu, klaim pengangguran awal untuk pekan yang berakhir 16 Desember tercatat di 216 ribu klaim, lebih baik dari perkiraan 222 ribu klaim.
Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran lebih sedikit dibanding minggu lalu.
Hal itu menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih ketat, sementara ekonomi menguat lebih cepat pada kuartal ketiga dari perkiraan sebelumnya.
Ketahanan pasar tenaga kerja membuat bank sentral AS tetap pada kampanye pengetatan kebijakan yang agresif, dengan The Fed pekan lalu memproyeksikan setidaknya 75 basis poin tambahan kenaikan biaya pinjaman pada akhir 2023.
The Fed telah menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 425 basis poin tahun ini dari mendekati nol ke kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen, tertinggi sejak akhir 2007.
Positifnya data AS juga telah mendukung tingkat imbal hasil obligasi AS melonjak. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik dari 3,64 persen menjadi 3,67 persen. Sedangkan imbal hasil obligasi 2 tahun AS meningkat dari 4,2 persen menjadi 4,26 persen.
Pada Kamis (22/12), rupiah menguat 5 poin atau 0,03 persen ke posisi Rp15.583 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.588 per dolar AS.