Penggiat sejarah di Surabaya siapkan pembuatan buku-film dokumenter Bung Karno
Surabaya (ANTARA) - Penggiat sejarah dari Komunitas Begandring Soerabaia menyiapkan pembuatan buku "Bung Karno Lahir di Surabaya" dan film dokumenter "Putra Sang Fajar" dalam rangka Juni Bulan Bung Karno di Kota Surabaya, Jawa Timur.
"Kami sudah ngobrol gayeng dengan para tokoh untuk persiapan menyusun buku 'Bung Karno Lahir di Surabaya'," kata Koordinator Komunitas Begandring Soerabaia Kuncarsono di Surabaya, Minggu.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga telah menyiapkan pembuatan film dokumenter "Putra Sang Fajar", sebutan lain dari Bung Karno yang lahir di Pandean Gang IV D Nomor 40 Kota Surabaya pada 6 Juni 1901.
Tidak hanya itu, kata Kuncar, pihaknya juga mengusulkan peringatan Bulan Bung Karno tahun depan bisa dimeriahkan dengan Festival Peneleh. Hal ini dikarenakan kawasan tersebut kaya dengan ragam budaya masyarakat.
Untuk menindaklanjuti rencana tersebut, Kuncar mengatakan Begandring Soerabaia menggelar kegiatan ngobrol gayeng alias cangkrukan yang membahas Bung Karno lahir di Surabaya pada Sabtu (4/6) malam di Kafe Lodji Besar, kawasan Jalan Peneleh, Surabaya. Kegiatan tersebut sekaligus dalam rangka memperingati Hari Lahir Presiden Soekarno pada 6 Juni.
Hadir dalam cangkrukan itu antara lain Ketua Panitia Nasional Bulan Bung Karno yang dibentuk DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Parera, mantan Wali Kota Surabaya Bambang DH yang kini anggota DPR, mantan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono, dan dua anggota DPRD Kota Surabaya Budi Leksono dan Khusnul Khotimah.
Menurut Kuncar, ditemukannya rumah kelahiran Bung Karno atas peran besar Bambang Dwi Hartono saat menjabat Wali Kota Surabaya 2002-2010 dan almarhum Peter A. Rohi yang dikenal sebagai wartawan senior dan kala itu memimpin Soekarno Institute.
"Kami berutang budi pada Pak Bambang DH dan almarhum Pak Peter A. Rohi yang melakukan penyelidikan dan riset tempat lahir Bung Karno di Surabaya," ujar Kuncar.
Mendapati hal itu, Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono mendukung penuh upaya menulis buku dan film dokumenter tentang Soekarno yang lahir di Surabaya karena masih banyak masyarakat yang menganggap Bung Karno lahir di Blitar. "Jadi sejarah harus diluruskan, selurus-lurusnya," kata Adi.
Bambang DH sebelumnya mengatakan, penemuan fakta Soekarno lahir di Surabaya semula dipicu oleh pernyataan almarhum Roeslan Abdulgani, sahabat Bung Karno dan mantan Menteri Luar Negeri, yang asli kelahiran Kampung Peneleh.
"Pak Roeslan mengatakan pada saya, bahwa Bung Karno lahir di Surabaya. Kemudian Pak Peter A. Roni yang waktu itu melakukan riset dan penelitian, memperkuat dengan data dan fakta di antaranya berdasar kesaksian data sekunder. Sampai ditemukan rumah kecil di Pandean Gang IV Nomor 40," kata Bambang DH.
Sementara itu, Andreas Hugo Parera mengatakan upaya menulis buku dan membuat film tentang Kampung Peneleh dan rumah Bung Karno adalah gagasan bagus sekali agar disajikan deskripsi yang lengkap, detail, dan menjadi kebanggaan masyarakat.
"Kami angkat kawasan ini sebagai destinasi wisata,” kata Andreas.
Hal sama juga dikatakan Whisnu Sakti Buana. Dia mengatakan, sebagai generasi muda harus bangga Bung Karno lahir di Surabaya. Bahwa Bung Karno adalah arek Suroboyo sudah dideklarasikan pada 2010, saat peringatan Juni Bulan Bung Karno.
Pandean Gang IV adalah salah satu kampung di Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Rumah kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean Gang IV Nomor 40 telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Rumah kelahiran Bung Karno dibeli dari penghuni oleh Pemerintah Kota Surabaya, sewaktu Wali Kota Tri Rismaharini. Kunci rumah telah diserahkan ahli waris pada 17 Agustus 2020 atau tepat pada Hari Kemerdekaan Indonesia.
"Kami sudah ngobrol gayeng dengan para tokoh untuk persiapan menyusun buku 'Bung Karno Lahir di Surabaya'," kata Koordinator Komunitas Begandring Soerabaia Kuncarsono di Surabaya, Minggu.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga telah menyiapkan pembuatan film dokumenter "Putra Sang Fajar", sebutan lain dari Bung Karno yang lahir di Pandean Gang IV D Nomor 40 Kota Surabaya pada 6 Juni 1901.
Tidak hanya itu, kata Kuncar, pihaknya juga mengusulkan peringatan Bulan Bung Karno tahun depan bisa dimeriahkan dengan Festival Peneleh. Hal ini dikarenakan kawasan tersebut kaya dengan ragam budaya masyarakat.
Untuk menindaklanjuti rencana tersebut, Kuncar mengatakan Begandring Soerabaia menggelar kegiatan ngobrol gayeng alias cangkrukan yang membahas Bung Karno lahir di Surabaya pada Sabtu (4/6) malam di Kafe Lodji Besar, kawasan Jalan Peneleh, Surabaya. Kegiatan tersebut sekaligus dalam rangka memperingati Hari Lahir Presiden Soekarno pada 6 Juni.
Hadir dalam cangkrukan itu antara lain Ketua Panitia Nasional Bulan Bung Karno yang dibentuk DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Parera, mantan Wali Kota Surabaya Bambang DH yang kini anggota DPR, mantan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono, dan dua anggota DPRD Kota Surabaya Budi Leksono dan Khusnul Khotimah.
Menurut Kuncar, ditemukannya rumah kelahiran Bung Karno atas peran besar Bambang Dwi Hartono saat menjabat Wali Kota Surabaya 2002-2010 dan almarhum Peter A. Rohi yang dikenal sebagai wartawan senior dan kala itu memimpin Soekarno Institute.
"Kami berutang budi pada Pak Bambang DH dan almarhum Pak Peter A. Rohi yang melakukan penyelidikan dan riset tempat lahir Bung Karno di Surabaya," ujar Kuncar.
Mendapati hal itu, Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono mendukung penuh upaya menulis buku dan film dokumenter tentang Soekarno yang lahir di Surabaya karena masih banyak masyarakat yang menganggap Bung Karno lahir di Blitar. "Jadi sejarah harus diluruskan, selurus-lurusnya," kata Adi.
Bambang DH sebelumnya mengatakan, penemuan fakta Soekarno lahir di Surabaya semula dipicu oleh pernyataan almarhum Roeslan Abdulgani, sahabat Bung Karno dan mantan Menteri Luar Negeri, yang asli kelahiran Kampung Peneleh.
"Pak Roeslan mengatakan pada saya, bahwa Bung Karno lahir di Surabaya. Kemudian Pak Peter A. Roni yang waktu itu melakukan riset dan penelitian, memperkuat dengan data dan fakta di antaranya berdasar kesaksian data sekunder. Sampai ditemukan rumah kecil di Pandean Gang IV Nomor 40," kata Bambang DH.
Sementara itu, Andreas Hugo Parera mengatakan upaya menulis buku dan membuat film tentang Kampung Peneleh dan rumah Bung Karno adalah gagasan bagus sekali agar disajikan deskripsi yang lengkap, detail, dan menjadi kebanggaan masyarakat.
"Kami angkat kawasan ini sebagai destinasi wisata,” kata Andreas.
Hal sama juga dikatakan Whisnu Sakti Buana. Dia mengatakan, sebagai generasi muda harus bangga Bung Karno lahir di Surabaya. Bahwa Bung Karno adalah arek Suroboyo sudah dideklarasikan pada 2010, saat peringatan Juni Bulan Bung Karno.
Pandean Gang IV adalah salah satu kampung di Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Rumah kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean Gang IV Nomor 40 telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Rumah kelahiran Bung Karno dibeli dari penghuni oleh Pemerintah Kota Surabaya, sewaktu Wali Kota Tri Rismaharini. Kunci rumah telah diserahkan ahli waris pada 17 Agustus 2020 atau tepat pada Hari Kemerdekaan Indonesia.