SEA Games (serba-serbi) - Kendala berbahasa Inggris di Vietnam
Tak mengherankan jika saat mata saling menatap untuk siap berkomunikasi, justru warga Vietnam memalingkan wajah, bahkan beberapa di antaranya berpura-pura sibuk beraktivitas
Hanoi, Vietnam (ANTARA) - Mengunjungi Vietnam bukan perkara mudah karena warga negara paling timur di semenanjung Asia Tenggara ini tak terbiasa menggunakan bahasa internasional seperti Bahasa Inggris.
Di Hanoi, ibu kota Vietnam, bisa dikatakan sangat sulit menemukan warga yang bisa berbahasa Inggris.
Bahkan untuk kata-kata sederhana seperti ‘more’, ‘need’, ‘can’ terbilang sulit dicerna oleh mereka saat berkomunikasi secara langsung.
Tak ayal, kondisi ini terkadang sangat menyulitkan bagi para pendatang.
Beruntung ada aplikasi ‘google translate’ yang bisa dikatakan menjadi dewa penolong, seperti yang dialami ANTARA saat tiba di Hanoi, Selasa (10/5).
Dengan menggunakan fitur voice note pada aplikasi tersebut, komunikasi bisa berjalan dengan baik meski cukup menggelitik. Bagaimana tidak, dua orang harus berbicara secara bergantian menggunakan telepon seluler.
Tak pelak, komunikasi pun menjadi sangat terbatas yakni hanya seputar hal-hal penting seperti jarak menuju lokasi tujuan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Perjalanan pun berlangsung ‘senyap’ tanpa adanya basa-basi atau ramah tamah seperti khasnya warga Indonesia yang doyan menanyakan kabar serta pengalaman lawan bicaranya.
Secara tersirat, warga Vietnam seakan kurang percaya diri ketika berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris dengan orang asing.
Warga negara yang dipimpin oleh satu partai beraliran komunis ini ternyata dalam keseharian hanya menggunakan bahasa Vietnam, tentunya dengan logat yang khas.
Walau bahasa Inggris sudah dipelajari di sekolah-sekolah di sini tapi kepercayaan diri mereka untuk menggunakannya tergolong rendah.
Tak mengherankan jika saat mata saling menatap untuk siap berkomunikasi, justru warga Vietnam memalingkan wajah, bahkan beberapa di antaranya berpura-pura sibuk beraktivitas.
Namun apabila dipaksa untuk diajak berkomunikasi, justru jiwa penolong yang menjadi ciri khas warga Asia terlihat jelas di warga Vietnam ini.
Ketika ANTARA mengeluarkan aplikasi google translate untuk bertanya mengenai sesuatu maka nyaris tanpa penolakan dari mereka. Umumnya tanpa tedeng aling-aling mereka akan langsung membantu atau memberikan solusi.
Pengalaman ini sempat dirasakan ANTARA pada satu kesempatan di Hanoi saat mengunjungi sebuah toko penjual botol minuman.
Awalnya komunikasi dilakukan menggunakan bahasa isyarat. Namun lantaran tak ‘nyambung’, penjaga toko langsung menelpon temannya yang pandai berbahasa Inggris.
Kemudian, di ujung telepon pun langsung bertanya, “what do you need ?” (apa yang kamu butuhkan). Singkatnya, komunikasi pun berjalan dengan baik.
Terlepas dari kesulitan untuk berkomunikasi, para pendatang mengamati sebenarnya warga Vietnam tergolong ramah asalkan para pendatang yang menyapa terlebih dahulu.
Entah ini wujud kesopanan yang sudah membudaya di negara berpenduduk 8,4 juta jiwa ini, atau dikarenakan faktor lain yang bersumber dari kultur kehidupan mereka yang sudah turun temurun. Atau karena mereka 'malu' untuk berbahasa Inggris ?.
Yang jelas, bagi warga Indonesia ini sungguh berbeda karena tak ada ‘basa-basi’ di sini.
Di Hanoi, ibu kota Vietnam, bisa dikatakan sangat sulit menemukan warga yang bisa berbahasa Inggris.
Bahkan untuk kata-kata sederhana seperti ‘more’, ‘need’, ‘can’ terbilang sulit dicerna oleh mereka saat berkomunikasi secara langsung.
Tak ayal, kondisi ini terkadang sangat menyulitkan bagi para pendatang.
Beruntung ada aplikasi ‘google translate’ yang bisa dikatakan menjadi dewa penolong, seperti yang dialami ANTARA saat tiba di Hanoi, Selasa (10/5).
Dengan menggunakan fitur voice note pada aplikasi tersebut, komunikasi bisa berjalan dengan baik meski cukup menggelitik. Bagaimana tidak, dua orang harus berbicara secara bergantian menggunakan telepon seluler.
Tak pelak, komunikasi pun menjadi sangat terbatas yakni hanya seputar hal-hal penting seperti jarak menuju lokasi tujuan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Perjalanan pun berlangsung ‘senyap’ tanpa adanya basa-basi atau ramah tamah seperti khasnya warga Indonesia yang doyan menanyakan kabar serta pengalaman lawan bicaranya.
Secara tersirat, warga Vietnam seakan kurang percaya diri ketika berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris dengan orang asing.
Warga negara yang dipimpin oleh satu partai beraliran komunis ini ternyata dalam keseharian hanya menggunakan bahasa Vietnam, tentunya dengan logat yang khas.
Walau bahasa Inggris sudah dipelajari di sekolah-sekolah di sini tapi kepercayaan diri mereka untuk menggunakannya tergolong rendah.
Tak mengherankan jika saat mata saling menatap untuk siap berkomunikasi, justru warga Vietnam memalingkan wajah, bahkan beberapa di antaranya berpura-pura sibuk beraktivitas.
Namun apabila dipaksa untuk diajak berkomunikasi, justru jiwa penolong yang menjadi ciri khas warga Asia terlihat jelas di warga Vietnam ini.
Ketika ANTARA mengeluarkan aplikasi google translate untuk bertanya mengenai sesuatu maka nyaris tanpa penolakan dari mereka. Umumnya tanpa tedeng aling-aling mereka akan langsung membantu atau memberikan solusi.
Pengalaman ini sempat dirasakan ANTARA pada satu kesempatan di Hanoi saat mengunjungi sebuah toko penjual botol minuman.
Awalnya komunikasi dilakukan menggunakan bahasa isyarat. Namun lantaran tak ‘nyambung’, penjaga toko langsung menelpon temannya yang pandai berbahasa Inggris.
Kemudian, di ujung telepon pun langsung bertanya, “what do you need ?” (apa yang kamu butuhkan). Singkatnya, komunikasi pun berjalan dengan baik.
Terlepas dari kesulitan untuk berkomunikasi, para pendatang mengamati sebenarnya warga Vietnam tergolong ramah asalkan para pendatang yang menyapa terlebih dahulu.
Entah ini wujud kesopanan yang sudah membudaya di negara berpenduduk 8,4 juta jiwa ini, atau dikarenakan faktor lain yang bersumber dari kultur kehidupan mereka yang sudah turun temurun. Atau karena mereka 'malu' untuk berbahasa Inggris ?.
Yang jelas, bagi warga Indonesia ini sungguh berbeda karena tak ada ‘basa-basi’ di sini.