Ketika "Sekolah Bank Sampah Perempuan" mulai memanfaatkan digital
Kalau pemasaran digitalnya maksimal semoga bisa menambah pendapatan ibu-ibu ini, meningkatkan perekonomian keluarganya
Jambi (ANTARA) - Sekolah Bank Sampah-Perempuan Desa Penyengat Olak Kecamatan Jambi Luar Kota (Jaluko) Kabupatem Muarojambi terus melakukan inovasi meski masih dihadapi tantangan di tengah pandemi saat ini.
Wakil Ketua Bank SBS-Perempuan Desa Penyengat Olak Yusnaini , Selasa (2/11) mengatakan saat ini SBS-P Desa Penyengat Olak melakukan inovasi produk dengan masih mengedepankan dan memanfaatkan penggunaan sampah daur ulang.
"Sekarang ada beberapa inovasi produk baru seperti pembuatan boneka dari kantong kresek juga penggunaan vas bunga dari bubur kertas," ujarnya.
Pandemi memang tidak menyurutkan semangat 16 orang anggota SBS Perempuan Desa Penyengat Olak ini. Upaya untuk terus memajukan sekolah bank sampah dilakukan melalui inovasi produk serta meningkatkan sistem pemasaran. Bagi kelompok yang dibentuk oleh tim community development STISIP Nurdin Hamzah (Universitas Nurdin Hamzah) pada tahun 2016 ini , Sekolah Bank Sampah dapat mewujudkan kemandirian ekonomi bagi perempuan-perempuan di desa tersebut.
Saat ini dikatakan oleh Yusnaini, SBS Perempuan ini sedang berkolaborasi bersama kelompok Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) Nasional Himasi Universitas Jambi dalam melaksanakan inovasi dan peningkatan pemasaran produk.
Kolaborasi ini diakuinya menghasilkan beragam produk terbaru dari sekolah bank sampah perempuan. Dikatakannya, kini sekolah bank sampah perempuan juga mendapatkan suplai bahan baku pembuatan produk atau sampah dari anggota kelompok PHP2D nasional.
Yusnaini menambahkan, dari kelompok mahasiswa ini mereka juga mendapatkan pendampingan pembuatan produk baru hingga pemasaran produk siap jadi baik melalui pemasaran digital ataupun pada pameran -pameran produk UMKM.
"Mereka ini sekarang menjadi mitra kami juga, kemarin kami diberikan pelatihan produk baru sehingga ada inovasi," terangnya.
Ketua Kelompok PHP2D Nasional Himasi Unja, Azmi Fachru Rozi menjelaskan, kolaborasi terbaru ini sudah dilakukan sejak Agustus 2021 lalu. Kelompok mahasiswa ini memberikan pelatihan inovasi produk kepada anggota sekolah bank sampah perempuan.
"Kita datangkan pelatihnya, untuk pembuatan masker jadi kita latih jahit. Kami juga mengajarkan pembuatan produk baru yakni vas bunga dari bubur kertas juga boneka dari kantong kresek, tempelan kulkas dari bubur kulkas," sebutnya.
Selain pembuatan produk, saat ini sekolah bank sampah perempuan juga telah berinovasi dari sisi tampilan produk. Inovasi pada packaging produk akan memberikan nilai tambah bagi produk itu sendiri.
"Packagingnya juga sekarang sudah berubah kalau kemarin cuma dari plastik saja, inikan bisa jadi nilai jual lebih tinggi lagi,"terangnya.
Untuk menyongsong digitalisasi pada UMKM, sekolah bank sampah perempuan ini juga mendapatkan pendampingan pemasaran secara digital. Saat ini, tim PHP2DD Nasional Himasi Unja tengah mempersiapkan website untuk memasarkan produk melalui online. Sementara itu, pemasaran melalui e-commarce masih dalam penjajakan dan pendampingan.
"Kami mengaktifkan kembali media sosial sekolah bank sampah perempuan ini untuk digunakan sebagai media pemasaran produk, kalau untuk website sendiri saat ini masih proses, tinggal finishing dan melalui e-commarce masih kita pelajari, karena untuk e-commarce butuh stok produk jika ingin dipasarkan disana sedangkan sejauh ini pembuatan produk dalam jumlah banyak baru sebatas pemesanan," jelasnya.
Penggunaan sistem pemasaran digital atau online dikatakan Azmi akan memberikan dampak besar dimana produk inovasi sampah milik SBS-P penyengat Olak akan semakin luas. Inovasi produk dan pemasaran ini diharapkan mampu menjadi penunjang peningkatan perekonomian keluarga sekolah bank sampah perempuan Desa Penyengat Olak Muarojambi.
"Kalau pemasaran digitalnya maksimal semoga bisa menambah pendapatan ibu-ibu ini, meningkatkan perekonomian keluarganya," harap Azmi.
Berbagi ilmu
Sesuai dengan visi dan misi mereka yang bergerak mewujudkan masyarakat peduli terhadap lingkungan, menggerakkan perekonomian masyarakat serta pendidikan berbasis lingkungan yang kemudian mendorong Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak ini untuk dapat meningkatkan soft skill bagi perempuan-perempuan lainnya melalui pendidikan dan peningkatan ekonomi berbasis lingkungan.
Yusnaini mengatakan, SBS-P Penyengat Olak sendiri sudah beberapa kali diundang untuk memberikan pelatihan membuat keterampilan dari sampah daur ulang ini. Beberapa sekolah bank sampah juga telah mengundang mereka untuk menjadi mentor pelatihan membuat produk kerajinan dari koran bekas maupun sampah daur ulang lainnya.
Pengalaman yang luar biasa juga pernah dirasakan oleh anggota SBS-P Penyengat Olak ini saat mereka diminta mengajari Suku Anak Dalam (SAD) di Kabupaten Bungo untuk membuat kerajinan tangan ini. Saat pertama kali diakui Yus, mereka mengira SAD tidak akan tertarik mengikuti pelatihan kerajinan ini, namun diluar ekspektasi masyarakat SAD memiliki antusias yang tinggi saat mengikuti pelatihan.
"Saya ingat itu tahun 2018, kami diajak untuk mengajari masyarakat SAD di Kabupaten Bungo, saat itu juga acara dengan ibu-ibu PKK disana. Respon teman-teman SAD ternyata mereka punya ketertarikan yang besar pada keterampilan ini, antusias sekali mereka mengikutinya," jelasnya.
Mereka juga kerap diundang unutk memberikan pelajaran keterampilan dibeberapa sekolah, terutama sekolah dasar yang ada di Kota Jambi. Menurut Yusnaini, keberhasilan SBS-P Penyengat Olak dalam mengelola serta menciptakan produk kerajinan tangan ini juga tidak lepas dari peran para pendampingnya salah satunya STISIP Nurdin Hamzah (sekarang UNH).
Yusnaini berharap, kolaborasi yang selama ini sudah terjalin baik melalui perguruan tinggi di Jambi maupun instansi terkait tidak berhenti disini. Kolaborasi yang terjalin diharapkannya menjadi langkah untuk mempermudah pengembangan sekolah bank sampah sehingga bukan saja memberikan manfaat bagi anggota kelompoknya namun juga mampu menjadi penggerak perekonomian sekitarnya.
Meski kelompok SBS-P Penyengat Olak ini mampu bertahan di tengah pandemi, namun permintaan pendampingan pelatihan pembuatan kerajinan terhenti. Dirinya mengatakan, pandemi membuat aktivitas pelatihan terganggu, sehingga tidak ada sekolah bank sampah lainnya maupun kelompok lain yang meminta pendampingan pelatihan membuat kerajinan.
Karena pandemi kemarin mungkin terkait prokes, semoga setelah ini kita bisa kembali memberikan pelatihan membuat kerajinan.
Wakil Ketua Bank SBS-Perempuan Desa Penyengat Olak Yusnaini , Selasa (2/11) mengatakan saat ini SBS-P Desa Penyengat Olak melakukan inovasi produk dengan masih mengedepankan dan memanfaatkan penggunaan sampah daur ulang.
"Sekarang ada beberapa inovasi produk baru seperti pembuatan boneka dari kantong kresek juga penggunaan vas bunga dari bubur kertas," ujarnya.
Pandemi memang tidak menyurutkan semangat 16 orang anggota SBS Perempuan Desa Penyengat Olak ini. Upaya untuk terus memajukan sekolah bank sampah dilakukan melalui inovasi produk serta meningkatkan sistem pemasaran. Bagi kelompok yang dibentuk oleh tim community development STISIP Nurdin Hamzah (Universitas Nurdin Hamzah) pada tahun 2016 ini , Sekolah Bank Sampah dapat mewujudkan kemandirian ekonomi bagi perempuan-perempuan di desa tersebut.
Saat ini dikatakan oleh Yusnaini, SBS Perempuan ini sedang berkolaborasi bersama kelompok Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) Nasional Himasi Universitas Jambi dalam melaksanakan inovasi dan peningkatan pemasaran produk.
Kolaborasi ini diakuinya menghasilkan beragam produk terbaru dari sekolah bank sampah perempuan. Dikatakannya, kini sekolah bank sampah perempuan juga mendapatkan suplai bahan baku pembuatan produk atau sampah dari anggota kelompok PHP2D nasional.
Yusnaini menambahkan, dari kelompok mahasiswa ini mereka juga mendapatkan pendampingan pembuatan produk baru hingga pemasaran produk siap jadi baik melalui pemasaran digital ataupun pada pameran -pameran produk UMKM.
"Mereka ini sekarang menjadi mitra kami juga, kemarin kami diberikan pelatihan produk baru sehingga ada inovasi," terangnya.
Ketua Kelompok PHP2D Nasional Himasi Unja, Azmi Fachru Rozi menjelaskan, kolaborasi terbaru ini sudah dilakukan sejak Agustus 2021 lalu. Kelompok mahasiswa ini memberikan pelatihan inovasi produk kepada anggota sekolah bank sampah perempuan.
"Kita datangkan pelatihnya, untuk pembuatan masker jadi kita latih jahit. Kami juga mengajarkan pembuatan produk baru yakni vas bunga dari bubur kertas juga boneka dari kantong kresek, tempelan kulkas dari bubur kulkas," sebutnya.
Selain pembuatan produk, saat ini sekolah bank sampah perempuan juga telah berinovasi dari sisi tampilan produk. Inovasi pada packaging produk akan memberikan nilai tambah bagi produk itu sendiri.
"Packagingnya juga sekarang sudah berubah kalau kemarin cuma dari plastik saja, inikan bisa jadi nilai jual lebih tinggi lagi,"terangnya.
Untuk menyongsong digitalisasi pada UMKM, sekolah bank sampah perempuan ini juga mendapatkan pendampingan pemasaran secara digital. Saat ini, tim PHP2DD Nasional Himasi Unja tengah mempersiapkan website untuk memasarkan produk melalui online. Sementara itu, pemasaran melalui e-commarce masih dalam penjajakan dan pendampingan.
"Kami mengaktifkan kembali media sosial sekolah bank sampah perempuan ini untuk digunakan sebagai media pemasaran produk, kalau untuk website sendiri saat ini masih proses, tinggal finishing dan melalui e-commarce masih kita pelajari, karena untuk e-commarce butuh stok produk jika ingin dipasarkan disana sedangkan sejauh ini pembuatan produk dalam jumlah banyak baru sebatas pemesanan," jelasnya.
Penggunaan sistem pemasaran digital atau online dikatakan Azmi akan memberikan dampak besar dimana produk inovasi sampah milik SBS-P penyengat Olak akan semakin luas. Inovasi produk dan pemasaran ini diharapkan mampu menjadi penunjang peningkatan perekonomian keluarga sekolah bank sampah perempuan Desa Penyengat Olak Muarojambi.
"Kalau pemasaran digitalnya maksimal semoga bisa menambah pendapatan ibu-ibu ini, meningkatkan perekonomian keluarganya," harap Azmi.
Berbagi ilmu
Sesuai dengan visi dan misi mereka yang bergerak mewujudkan masyarakat peduli terhadap lingkungan, menggerakkan perekonomian masyarakat serta pendidikan berbasis lingkungan yang kemudian mendorong Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak ini untuk dapat meningkatkan soft skill bagi perempuan-perempuan lainnya melalui pendidikan dan peningkatan ekonomi berbasis lingkungan.
Yusnaini mengatakan, SBS-P Penyengat Olak sendiri sudah beberapa kali diundang untuk memberikan pelatihan membuat keterampilan dari sampah daur ulang ini. Beberapa sekolah bank sampah juga telah mengundang mereka untuk menjadi mentor pelatihan membuat produk kerajinan dari koran bekas maupun sampah daur ulang lainnya.
Pengalaman yang luar biasa juga pernah dirasakan oleh anggota SBS-P Penyengat Olak ini saat mereka diminta mengajari Suku Anak Dalam (SAD) di Kabupaten Bungo untuk membuat kerajinan tangan ini. Saat pertama kali diakui Yus, mereka mengira SAD tidak akan tertarik mengikuti pelatihan kerajinan ini, namun diluar ekspektasi masyarakat SAD memiliki antusias yang tinggi saat mengikuti pelatihan.
"Saya ingat itu tahun 2018, kami diajak untuk mengajari masyarakat SAD di Kabupaten Bungo, saat itu juga acara dengan ibu-ibu PKK disana. Respon teman-teman SAD ternyata mereka punya ketertarikan yang besar pada keterampilan ini, antusias sekali mereka mengikutinya," jelasnya.
Mereka juga kerap diundang unutk memberikan pelajaran keterampilan dibeberapa sekolah, terutama sekolah dasar yang ada di Kota Jambi. Menurut Yusnaini, keberhasilan SBS-P Penyengat Olak dalam mengelola serta menciptakan produk kerajinan tangan ini juga tidak lepas dari peran para pendampingnya salah satunya STISIP Nurdin Hamzah (sekarang UNH).
Yusnaini berharap, kolaborasi yang selama ini sudah terjalin baik melalui perguruan tinggi di Jambi maupun instansi terkait tidak berhenti disini. Kolaborasi yang terjalin diharapkannya menjadi langkah untuk mempermudah pengembangan sekolah bank sampah sehingga bukan saja memberikan manfaat bagi anggota kelompoknya namun juga mampu menjadi penggerak perekonomian sekitarnya.
Meski kelompok SBS-P Penyengat Olak ini mampu bertahan di tengah pandemi, namun permintaan pendampingan pelatihan pembuatan kerajinan terhenti. Dirinya mengatakan, pandemi membuat aktivitas pelatihan terganggu, sehingga tidak ada sekolah bank sampah lainnya maupun kelompok lain yang meminta pendampingan pelatihan membuat kerajinan.
Karena pandemi kemarin mungkin terkait prokes, semoga setelah ini kita bisa kembali memberikan pelatihan membuat kerajinan.