MUI ajak umat gelar Salat Gaib untuk awak kapal selam Nanggala-402
Jakarta (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak umat menggelar Salat Gaib baik sendiri-sendiri maupun berjamaah untuk para awak kapal selam Nanggala-402 yang hingga kini masih dalam pencarian setelah dinyatakan subsunk (tenggelam).
"Mari melaksanakan Salat Gaib agar semua dosa mereka diampuni dan pengabdian serta pengorbanan yang telah mereka berikan kepada bangsa dan negaranya menjadi ibadah serta mendapatkan ganjaran pahala yang sebesar-besarnya dari-Nya," ujar Wakil Ketua MUI Anwar Abbas dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Minggu.
Anwar mengatakan tenggelamnya KRI Nanggala-402 menjadi kabar duka bukan hanya keluarga awak kapal saja, tetapi duka seluruh masyarakat Indonesia.
Meski hingga kini belum ditemukan, Anwar mengajak untuk tetap menggantungkan harapan setinggi langit agar pencarian KRI Nanggala-402 dapat segera menemui titik terang, bukan hanya soal lokasi kapal termasuk awak yang ada di dalammnya.
"Tetapi kalau seandainya harapan itu tidak kita dapatkan, kita mengharapkan agar kita semua terutama pihak keluarga dapat menerima musibah ini dengan penuh ketabahan dan kesabaran," kata dia.
Ia pun mengutip salah satu hadits yang menerangkan tentang mati syahid ketika seseorang meninggal akibat tenggelam, "Siapa yang mati karena tenggelam maka dia mati dalam keadaan syahid. (HR Muslim 1915)".
Anwar meyakini jika prajurit KRI Nanggala-402 harus dinyatakan meninggal maka mereka telah menghadap Sang Pencipta dengan terhormat.
"Maka kalau seandainya memang mereka meninggal dalam keadaan seperti ini maka mereka jelas telah pergi menghadap Tuhannya dalam keadaan terhormat karena berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim," kata dia.
Sebelumnya kapal selam buatan Jerman Barat pada 1981 tersebut hilang kontak saat sedang berlatih penembakan rudal di perairan Bali.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudi Margono menjelaskan kontak terakhir kapal selam tercatat pada Rabu (21/4) pukul 03.00 WIB sesaat sebelum menyelam.
Hingga pukul 03.30 WIB, geladak haluan kapal selam tersebut masih bisa terlihat oleh tim sea rider dari jarak 50 meter.
Selanjutnya, mulai pukul 03.46 WIB KRI Nanggala-402 mulai menyelam dan tidak terlihat di permukaan air laut. Sejak saat itu, KRI Nanggala-402 tidak memberikan respons meski terus dimonitor
Seharusnya, KRI Nanggala-402 muncul ke permukaan pada Rabu (21/4) pukul 05.15 WIB. Namun hingga kini, keberadaan kapal selam tersebut masih dalam pencarian.
"Mari melaksanakan Salat Gaib agar semua dosa mereka diampuni dan pengabdian serta pengorbanan yang telah mereka berikan kepada bangsa dan negaranya menjadi ibadah serta mendapatkan ganjaran pahala yang sebesar-besarnya dari-Nya," ujar Wakil Ketua MUI Anwar Abbas dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Minggu.
Anwar mengatakan tenggelamnya KRI Nanggala-402 menjadi kabar duka bukan hanya keluarga awak kapal saja, tetapi duka seluruh masyarakat Indonesia.
Meski hingga kini belum ditemukan, Anwar mengajak untuk tetap menggantungkan harapan setinggi langit agar pencarian KRI Nanggala-402 dapat segera menemui titik terang, bukan hanya soal lokasi kapal termasuk awak yang ada di dalammnya.
"Tetapi kalau seandainya harapan itu tidak kita dapatkan, kita mengharapkan agar kita semua terutama pihak keluarga dapat menerima musibah ini dengan penuh ketabahan dan kesabaran," kata dia.
Ia pun mengutip salah satu hadits yang menerangkan tentang mati syahid ketika seseorang meninggal akibat tenggelam, "Siapa yang mati karena tenggelam maka dia mati dalam keadaan syahid. (HR Muslim 1915)".
Anwar meyakini jika prajurit KRI Nanggala-402 harus dinyatakan meninggal maka mereka telah menghadap Sang Pencipta dengan terhormat.
"Maka kalau seandainya memang mereka meninggal dalam keadaan seperti ini maka mereka jelas telah pergi menghadap Tuhannya dalam keadaan terhormat karena berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim," kata dia.
Sebelumnya kapal selam buatan Jerman Barat pada 1981 tersebut hilang kontak saat sedang berlatih penembakan rudal di perairan Bali.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudi Margono menjelaskan kontak terakhir kapal selam tercatat pada Rabu (21/4) pukul 03.00 WIB sesaat sebelum menyelam.
Hingga pukul 03.30 WIB, geladak haluan kapal selam tersebut masih bisa terlihat oleh tim sea rider dari jarak 50 meter.
Selanjutnya, mulai pukul 03.46 WIB KRI Nanggala-402 mulai menyelam dan tidak terlihat di permukaan air laut. Sejak saat itu, KRI Nanggala-402 tidak memberikan respons meski terus dimonitor
Seharusnya, KRI Nanggala-402 muncul ke permukaan pada Rabu (21/4) pukul 05.15 WIB. Namun hingga kini, keberadaan kapal selam tersebut masih dalam pencarian.