Makassar (ANTARA) - Awal 2021, Kota Makassar, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan yang dikenal dengan julukan Kota Metropolitan Timur, juga terkenal dengan sebutan Kota Daeng (ciri khas suku Makassar, sebutan kepada yang lebih tua), mulai dikait-kaitkan dengan keberadaan teroris.
Pada 6 Januari 2021, gabungan Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri dan Brimob Polda Sulsel melakukan penggerebekan di sebuah rumah Cluster Biru, Perumahan Villa Mutiara, di Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar.
Dua orang terduga teroris berinisial RZ (44) dan AZ (22) yang disasar dalam aksi penggerebekan itu. Keduanya punya kekerabatan yakni sebagai menantu dan mertua.
Kedua terduga teroris itu disebut-sebut merupakan bagian dari jaringan kelompok Anshor Daulah Islamiyah (ADI), dan keberadaan mereka sudah terpantau cukup lama sebelum penggerebekan dilakukan.
Terduga teroris RZ alias Ri (menantu) dan MA alias AZ (mertua) itu pun akhirnya meninggal dunia karena melakukan perlawanan kepada polisi saat akan ditangkap dan dibawa ke Mabes Polri untuk dilakukan pemeriksaan.
Selain kedua terduga teroris itu, polisi juga membawa 18 orang ke Mabes Polri di Jakarta untuk dilakukan pendalaman, termasuk satu orang yang dibawa menyusul setelah menjalani perawatan akibat luka tembak.
Kapolda Sulsel Irjen Pol Merdisyam mengatakan 18 orang itu diambil dari dua rumah di Perumahan Villa Mutiara Cluster Biru Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya, Makassar.
"Ada 20 orang semua, dua yang meninggal dunia dan 18 orang diamankan untuk dibawa ke Mabes oleh anggota Densus," ujar Irjen Pol Merdisyam.
Versi polisi, belasan orang itu merupakan kerabat dekat dari kedua terduga teroris RZ (mertua) dan AZ (menantu) yang tewas tertembak setelah melakukan perlawanan dengan menggunakan senjata tajam maupun senapan angin.
Irjen Merdisyam juga mengungkapkan bahwa terduga teroris RZ dan AZ yang tewas tertembak itu pernah dicegah keberangkatannya ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ISIS pada 2016.
"Tahun 2016 dicegah di Bandara Soekarno Hatta. Saat itu, mereka bersama keluarganya akan bergabung dengan ISIS di Suriah, tapi langsung dicegah," ujarnya.
Sejak pencegahan itu, aktivitas terduga teroris tersebut terus dipantau, dan keduanya memiliki jaringan yang sangat luas dan sudah baiat kepada khilafah atau ISIS pada 2015 di Ponpes Aridho Pimpinan Ustaz Basri.
Menurut pandangan tetangga di perumahan elite itu, Ri dan AZ (nama yang dikenal warga setempat) sering bersikap tertutup.
Rahman, salah seorang warga Perumahan Villa Mutiara Cluster Biru mengungkapkan bahwa keduanya sering melakukan pengajian dan jika ada tetangga mendekat langsung dilarang.
"Kalau warga di sini mau mendekat, itu dilarang. Teman-temannya biasa datang kumpul-kumpul melakukan pengajian-pengajian. Kami tidak tahu karena hanya sebatas memantau saja," kata Rahman.
Para tetangga pun mengetahui beberapa kali AZ mengajak rekan-rekan-nya dari luar kompleks untuk melakukan kajian-kajian agama yang semuanya memakai gamis.
Jenazah kedua teroris itu kemudian dimakamkan di salah satu tempat pemakaman umum (TPU) di Gowa, sekitar 20 kilometer dari Kota Makassar.
Ledakan bom
Semenjak aksi penangkapan kelompok terduga teroris di perumahan elite di Kota Makassar itu, sejumlah pihak mulai menduga-duga, bahkan ada yang mengkhawatirkan kemungkinan terjadi aksi bom bunuh diri ala teroris.
Analis Utama Intelijen Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Indonesia Brigadir Jenderal Polisi Ibnu Suhendra mengatakan dua terduga teroris yang tewas tertembak RZ dan AZ itu sebelumnya sudah merencanakan aksi bom bunuh diri.
"Keduanya itu sudah meniatkan dan merencanakan bom bunuh dirinya. Mengenai di mana dan kapan itu kami belum dapat," ujar Ibnu.
Ia mengatakan kedua terduga teroris ini sudah melakukan persiapan panjang untuk menyukseskan niatnya itu, salah satunya berlatih secara rutin menembak di hutan dan naik gunung (i'dad).
Bukan cuma itu, sarana pendukung untuk memuluskan niatnya itu juga sudah disiapkan, berupa beberapa pucuk senapan angin laras panjang jenis PCP, target sasaran tembak, korek kayu, dan peralatan lain.
"Kami bergerak cepat. Mereka semua ini sudah melakukan persiapan panjang. Mereka rutin naik gunung dan latihan menembak," ucap-nya.
Kekhawatiran polisi terhadap RZ dan AZ yang akan melancarkan aksi bom bunuh diri di Makassar itu dapat dicegah dengan terbunuhnya kedua terduga teroris itu.
Namun, akhirnya bom bunuh diri terjadi juga di Kota Makassar, meski RZ dan AZ telah berada di alam baka, karena terduga teroris lainnya yang melakukannya.
Dugaan dan kekhawatiran masyarakat pun akhirnya menjadi kenyataan, ketika ledakan bom terjadi di gerbang Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3) sekitar pukul 10.30 WITA.
Sebanyak 20 orang warga yang berada di sekitar lokasi ledakan bom, termasuk seorang petugas keamanan yang berupaya menghalau kedatangan sepeda motor yang dikendarai sepasang suami istri pelaku bom bunuh diri itu.
Namun, luka yang diderita para korban umumnya masih dapat disembuhkan, sehingga satu demi satu korban ledakan bom kembali ke rumah, setelah menjalani perawatan medis di rumah sakit.
Menurut Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo ledakan bom itu merupakan aksi bunuh diri yang sering disebut society boomber, yakni menggunakan jenis bom panci, namun membawa ledakan cukup besar sehingga berpengaruh dengan daya ledak-nya.
"Jadi kegiatan mereka terjadi saat ini, kita ketahui, adalah ledakan, adalah society bom, menggunakan jenis bom panci, dan itu terkait dengan pengungkapan," ujar Sigit.
Penanggulangan terorisme
Aksi bom bunuh diri di gerbang Katedral Makassar itu merupakan bukti nyata keberadaan teroris di Kota Daeng, dan berbagai pihak spontan bersuara, mengutuk, bahkan mendesak aparat kepolisian untuk bekerja maksimal mengusut tuntas jaringan pelaku bom bunuh diri itu.
Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaeman mengemukakan peristiwa ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Makassar itu telah mencederai toleransi beragama di daerah itu.
"Kita berduka yang sangat mendalam dan meminta kepada aparat bahwa ini harus ditelusuri dan tindak tegas sesuai hukum yang berlaku," ujarnya.
Atas nama Pemerintah Provinsi Sulsel, Andi Sudirman mengecam tindakan seperti ini dan mendukung pihak aparat keamanan untuk terus menelusuri dalang dan pelaku bom bunuh diri itu.
"Kami dukung gerakan dan tindakan secara tegas dan terukur oleh kepolisian baik pusat maupun daerah dan juga aparat TNI dan semua yang kemudian bergerak secara bersama untuk menuntaskan kasus ini," tutur-nya.
Selain itu tindakan tersebut bukan bagian dari agama tertentu, meskipun mengatasnamakan agama. "Ini adalah merusak hubungan yang terjadi selama ini di negara NKRI," katanya.
Forum Kerukunan Umat Beragama Sulsel juga mengutuk keras perilaku keji yang dilakukan oleh kawanan terduga teroris, termasuk ketika membawa nama agama.
"Tentu saja perlu dikutuk, majelis kerukunan umat beragama mengutuk tindakan keji ini yang merusak orang lain dan ini sangat-sangat terkutuk," kata Ketua FKUB Sulsel Prof Rahim Yunus.
Prof Rahim mengatakan dilihat dari sudut mana saja, semua agama tidak membenarkan hal ini, kita mengharapkan perdamaian dan persatuan dan kerukunan. Meski berbeda-beda sesuai ajaran agama, tetapi kita tetap satu di Indonesia ini.
Politisi asal Kota Daeng yang kini menjabat Ketua Baleg DPR RI Supratman Andi Agtas pun berharap aparat kepolisian dapat mewujudkan harapan publik itu.
"Kita berharap penyelidikan secara maksimal untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat khususnya di Makassar," ucap-nya saat MoU Badan Legislasi DPR bersama Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Makassar, Selasa (30/3).
Selain mengutuk pelaku bom bunuh diri itu, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto mengajak seluruh pemuda untuk ikut melawan aksi terorisme, dan tidak mudah terpengaruh ajakan paham radikalisme yang bisa merusak sendi kehidupan karena berlawanan dengan ajaran agama mana pun.
"Teroris itu musuh kita, kita mengutuk keras. Mereka mengira kita akan terpecah belah, namun lewat kronologi ini masyarakat Makassar terlihat semakin kuat, dan bersatu. Kita jangan kalah atas kejadian tak terpuji ini," ujarnya saat diskusi bersama organisasi pemuda lintas agama di Makassar, Senin (29/3).
Pria yang akrab disapa Danny Pomanto itu menegaskan peristiwa teror bom bunuh diri di gerbang Gereja Katedral, tidak akan mempengaruhi kekuatan kesatuan bangsa, apalagi memecah belah persatuan NKRI.
Pihaknya terus mengimbau agar masyarakat tidak menyebarluaskan hal-hal negatif atas kejadian ini di sosial media, serta bijak menyikapi persoalan yang menimpa bangsa ini.
"Saya di sana kemarin (lokasi ledakan) dan antisipasi kita membuat cepat video imbauan bersama pihak TNI Polri agar masyarakat tak perlu panik dan takut. Tetapi tetap waspada. Jangan menyebar foto-foto aksi bom di sosial media. Dan terbukti hari ini kita menunjukkan keberanian dan persatuan kita," ujarnya.
Pada kesempatan itu perwakilan pemuda Katolik juga menyampaikan rasa terimakasih kepada Pemerintah Kota Makassar atas gerak cepatnya meredam kepanikan masyarakat atas aksi tersebut. Sebab, tidak ada satupun agama yang membenarkan ajaran untuk membunuh orang tidak bersalah apalagi menebar teror.
Kini, Danny Pomanto melibatkan para pemuda lintas agama untuk bersama-sama melawan paham radikalisme dan menjadi pelopor penjaga kedamaian antarumat beragama.
"Dua pelaku bom bunuh diri ini ternyata masih muda, berusia sekitar 23 tahun. Ini adalah usia emas pemuda dan sekarang jaringan teroris itu menjadikan pemuda sebagai targetnya," ujarnya.
Danny bermaksud membuat pasukan lintas agama untuk mengawal acara-acara keagamaan di Kota Makassar pascateror bom di Gereja Katedral Makassar.
Pasukan lintas agama yang akan dibentuk itu terdiri atas komunitas kepemudaan.
Setidaknya dalam beberapa perayaan keagamaan seperti Hari Raya Paskah pada 4 April, Bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada pertengahan Mei mendatang.