Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan teknologi tepat guna yang akan dibuat perguruan tinggi dalam negeri harus relevan dengan kebutuhan masyarakat.
"Tahun 2021 ini inovasi akan kita perluas selain tetap untuk mengutamakan produk-produk yang terkait COVID-19, juga sesuai kebutuhan teknologi tepat guna yang bisa dipakai dan relevan untuk kebutuhan masyarakat di berbagai penjuru Indonesia," kata dia dalam acara virtual Pengumuman Pendanaan Pengabdian Masyarakat dan Tematik di Jakarta, Selasa.
Ia menginginkan inovasi yang dikembangkan melalui pendanaan penelitian dan pengabdian masyarakat itu akan menjadi salah satu program yang ditunggu-tunggu, terutama masyarakat di daerah, karena mereka mengharapkan datangnya teknologi yang sesuai kebutuhan mereka, tetapi relatif mudah diakses dan mudah digunakan.
Teknologi tepat guna tersebut, kata dia, bukan semata-mata teknologi yang sederhana tetapi harus mengikuti perkembangan teknologi sekarang ini, yakni teknologi modern.
Misalnya, katanya, untuk meningkatkan produktivitas padi dan pengelolaan perkebunan, digunakan teknologi berbasis digital.
"Yang kita gunakan teknologinya bukan lagi teknologi yang sederhana tapi teknologi modern menggunakan teknologi digital, tapi digitalnya itu relatif murah harganya, mudah dipakai dan yang paling relevan. Jadi jangan kaitkan teknologi tepat guna dengan teknologi sederhana. Teknologi tepat guna ini adalah teknologi modern, teknologi termodern kalau perlu yang bisa diaplikasikan langsung untuk menjawab permasalahan atau kebutuhan masyarakat," ujar Menristek Bambang.
Kementerian Riset dan Inovasi (Kemristek) juga mengarahkan riset pada 2021 untuk pemulihan ekonomi dari dampak pandemi COVID-19, penanganan pandemi COVID-19, membangun Desa Berinovasi dan UMKM berinovasi.
Hasil riset dan inovasi diharapkan memberikan dampak baik bagi masyarakat pedesaan maupun para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang mana selama masa pandemi COVID-19 ini terpukul karena kontraksi ekonomi.
Kegiatan riset dan pengembangan juga diarahkan sebagai upaya untuk melahirkan kewirausahaan di Tanah Air atau usaha rintisan inovasi Indonesia.
"Kita mendorong program start up inovasi Indonesia di mana kita harapkan para start up yaitu pengusaha pemula berbasis teknologi bisa membawa teknologi termasuk teknologi yang tepat guna memasuki ranah komersialisasi sehingga teknologi itu lebih banyak lagi yang bisa didistribusikan dan lebih mudah diakses oleh siapapun yang membutuhkan," katanya.
Menurut dia, pengabdian kepada masyarakat tetap harus berbasis hasil riset dengan mencoba menjawab permasalahan, kebutuhan atau tantangan di masyarakat dengan hasil penelitian dan pengembangan.
Untuk bisa lebih menjawab permasalahan tiap daerah, katanya, pendekatan yang berbasis kewilayahan dikedepankan dalam melakukan penelitian sehingga teknologi dikembangkan relevan untuk wilayah tertentu.
Untuk bisa menjamin relevansinya, katanya, perlu membangun kerja sama dengan pihak lain tidak hanya bekerja sama dengan pihak pengguna tetapi juga harus menerapkan pendekatan yang multidisiplin dan bermitra dengan pihak ketiga untuk mewujudkan hilirisasi dan komersialisasi produk.
"Dengan kegiatan yang terstruktur, target keluaran yang jelas dan dapat diukur maka kita bisa mengharapkan hasil dari pengabdian masyarakat ini akan berkelanjutan artinya tidak hanya sekali waktu kemudian hilang kemudian tuntas menyelesaikan permasalahan yang relevan yang secara 100 persen yang tidak meninggalkan permasalahan lanjutan dan bermakna dalam pengertian memang itulah yang dihadapi masyarakat yang menjadi motivasi dan bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonominya secara lebih produktif," ujar Menristek Bambang.