Rela mengantre, ikan giling jadi buruan ibu-ibu jelang Ramadhan di Palembang

id ikan ,ikan giling,pedagang ikan,ramadhan,pasar,pasar tradisional,puasa,sembako,kebutuhan ramadhan,kebutuhan sembako,bahan pokok,corona,COVID-19,virus

Rela mengantre, ikan giling  jadi buruan ibu-ibu jelang Ramadhan di Palembang

Pedagang ikan giling melayani pembeli di Pasar Perumnas, Palembang, Kamis (23/4). (ANTARA/Dolly Rosana/20)

Beli langsung sekali banyak, untuk disimpan di kulkas, nyetok untuk Ramadhan
Palembang (ANTARA) - Ikan giling salah satu produk bahan makanan yang menjadi buruan warga Kota Palembang di sejumlah pasar tradisional pada satu hari menjelang Ramadhan, Kamis.

Meski di tengah pandemi COVID-19 tetap tak menyurutkan keinginan para ibu-ibu untuk mendatangi pasar tradisional demi mendapatkan ikan giling tersebut.

Nisa, salah seorang pembeli mengatakan ikan giling ini menjadi bahan utama untuk membuat beranekaragam makanan khas Palembang, terutama pempek.

“Beli langsung sekali banyak, untuk disimpan di kulkas, nyetok untuk Ramadhan,” kata dia Nisa yang dijumpai di Pasar Perumnas Palembang.

Ikan giling itu bukan hanya untuk membuat pempek, tapi juga untuk membuat makanan khas Palembang lainnya yakni model, tekwan, lenggang dan otak-otak.

Walau harganya merangkak naik dari biasanya Rp60.000/kg menjadi Rp70.000/kg untuk jenis ikan gabus, tapi ibu-ibu ini rela mengantre demi mendapatkan ikan giling tersebut.

Rani, pedagang ikan giling mengatakan bukan hanya ikan gabus, pembeli juga berminat pada jenis ikan giling lainnya seperti ikan laut dan ikan sepat karena harga relatif lebih murah dibandingkan ikan gabus.

Baca juga: Harga ikan gabus melonjak

Baca juga: Permintaan ikan giling meningkat signifikan


“Untuk ikan laut hanya Rp25.000/kg, sama seperti ikan sepat,” kata dia.

Berbeda dengan pedagang di pasar tradisional, harga di tingkat agen jauh lebih murah untuk jenis ikan gabus.

Tommy, agen ikan gabus giling di Pasar 1 Ulu Palembang hanya menjual Rp55.000/kg. Sementara untuk ikan tenggiri seharga Rp115.000 per kilogram atau naik Rp5.000 dibandingkan kemarin (22/4).

Menurut Tommy, sejak dua hari terakhir terjadi peningkatan permintaan dari biasanya meski jika dibandingkan tahun lalu jauh berkurang.

“Pengaruh adanya virus corona membuat daya beli masyarakat turun, saya pun sudah mengurangi produksi sejak sebulan terakhir dan berhentikan beberapa karyawan,” kata dia.