Wamentan pesan jangan biarkan lahan itu tidur dan kosong

id Sumsel,Kemenran RI,kunker wamentan,palembang,cetak sawah baru,swasembada pangan

Wamentan pesan jangan biarkan lahan itu tidur dan kosong

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono saat diwawancarai di Palembang, Selasa (3/12/2024). (ANTARA/Ahmad Rafli Baiduri)

Palembang (ANTARA) - Kementerian Pertanian RI mengingatkan untuk tidak membiarkan lahan tidur begitu saja tapi harus dimanfaatkan untuk mendukung pasokan kebutuhan pangan masyarakat.

"Intinya jangan biarkan lahan itu tidur, karena lahan itu kosong. Semuanya harus kita manfaatkan, kebutuhan pangan kita besar. Tapi ini bukan hanya padi, ada juga kebutuhan jagung, ada kebutuhan kedelai dan lainnya," kata Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono saat melakukan kunjungan kerja ke Palembang Sumatera Selatan, Selasa (3/12/2024).

Semua pihak harus bekerja sama untuk memanfaatkan lahan kosong dengan baik termasuk untuk membantu swasembada pangan.

Kementerian Pertanian (Kementan) RI menargetkan seluas 150 ribu hektare lahan cetak sawah baru di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada tahun 2025.

"Sumsel ditargetkan optimalisasi lahan rawa 106 ribu hektare dan cetak sawah 150 ribu hektare," katanya.

Ia menjelaskan terdapat enam provinsi yang terpilih menjadi lahan untuk program cetak sawah baru, yakni Sumatera Selatan, Kalimatan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat.

Untuk wilayah Sumsel terdapat lima Kabupaten yang siap untuk cetak sawah baru yakni Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) seluas 60.895 hektare, Ogan Ilir (OI) seluas 22.684 hektare, Musi Banyuasin (Muba) seluas 31.754 hektare, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur 24.238 hektare, dan PALI 10.428 hektare.

"Program ini untuk meningkatkan produksi padi dan menyokong swasembada pangan nasional. Dan program cetak sawah akan melibatkan Bulog, yang mana nantinya Bulog akan difungsikan untuk menyerap langsung gabah dari petani," jelasnya.

Menurutnya, Sumsel dalam waktu cepat akan menjadi salah satu lumbung pangan utama di negara Indonesia.

"Potensinya itu besar dan itu sedang kita ubah, kita realisasikan potensi itu jadi suatu yang nyata. Jadi, bukan bicara soal potensi lagi tetapi bicara realistisnya," ujarnya.