Pengamat pertanian nilai belum ada urgensi impor beras ketan

id Pengamat,Impor beras ketan

Pengamat pertanian nilai belum ada urgensi impor beras ketan

Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa. ANTARA/Mentari Dwi Gayati.

Jakarta (ANTARA) - Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas menilai belum ada urgensi untuk impor beras ketan karena pasokan komoditas itu masih dapat dipenuhi dari dalam negeri.

Dwi Andreas dalam pernyataan di Jakarta, Sabtu, menjelaskan para petani lokal masih banyak yang mampu menghasilkan beras ketan dan konsumsi dalam negeri tidak terlalu besar.

"Kalau saya pribadi menilai sebenarnya kita tidak perlu impor beras ketan, karena konsumsinya kecil, kemudian tidak perlu lahan yang sangat luas seperti padi biasa," katanya.

Ia mengakui pasokan yang terbatas seperti kondisi sekarang dapat menaikkan harga beras ketan, namun situasi ini dapat menciptakan insentif bagi petani.

"Nanti dalam satu tahun petani akan menikmati keuntungan dari harga tinggi, sehingga banyak yang akan menanam beras ketan, dan dalam dua tahun, kita punya banyak stok," katanya.



Sedangkan, menurut Dwi Andreas, jika impor beras ketan dilakukan, maka harga pasti akan tertekan dan petani akan malas menanam beras ketan.

Kondisi dapat menciptakan lingkaran setan, karena pada akhirnya solusi untuk mengatasi terbatasnya pasokan beras ketan adalah dengan impor.

Dalam kesempatan berbeda, Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin mengharapkan impor beras ketan merupakan langkah terakhir untuk memenuhi permintaan.

Ia justru menduga kalau impor beras ketan ini nantinya dilakukan, pelaksananya adalah perusahaan swasta, bukan Perum Bulog.

"Kita tidak curiga dengan impor. Cuma ini tak sesuai dengan komitmen pemerintah. Impor adalah jalan terakhir. Kalau tidak mendesak tidak usah impor," katanya.

Sebelumnya, Sekretaris Perum Bulog, Awaluddin Iqbal mengatakan salah satu alasan rencana impor beras ketan sebanyak 65.000 ton karena komoditas ini belum mampu dipenuhi oleh petani lokal.

Awaluddin menambahkan petani dalam negeri tidak banyak yang menanam beras ketan sehingga pasokan terbatas padahal permintaan cukup besar terutama dari industri makanan.

"Kalau beras biasa, kita stok sangat berlimpah, Pak Dirut (Perum Bulog) juga sudah katakan tidak akan impor beras biasa. Tetapi komoditas khusus yang lain bisa," ujarnya.