Pengamat nilai medsos gembosi aksi unjuk rasa mahasiswa
Jakarta (ANTARA) - Pengamat media sosial dari Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria mengatakan terdapat berbagai upaya penggembosan gerakan mahasiswa turun ke jalan, salah satunya melalui medsos.
“Jadi ada yang menggembosi dan ada yang menunggangi gerakan mahasiswa, dua hal ini dilakukan oleh kelompok yang berbeda,” kata Hariqo saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan penggembosan dari media sosial terhadap aksi mahasiswa dilakukan dengan penyebaran tagar #SarkemMemanggil untuk merecehkan tagar #GejayanMemanggil. Selain menggembosi, tagar pertama itu sekaligus melakukan demoralisasi gerakan mahasiswa dan mengecilkan gerakan itu.
Media sosial, kata dia, juga dilakukan oleh pihak tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan konten yang membenturkan gerakan mahasiswa dengan TNI/POLRI.
Baca juga: Usai demo, Kerangka kendaraan teronggok di tepi jalan
Hariqo mengatakan upaya penggembosan gerakan mahasiswa dilakukan beberapa pendukung Joko Widodo di grup-grup percakapan daring dan media sosial.
Dan lewat saluran yang sama, kata dia, beberapa akun oposisi juga berupaya menunggangi aksi gerakan mahasiswa dengan tagar #TurunkanJokowi, kemudian direspon oleh pendukung Jokowi dengan tagar #SayaBersamaJokowi.
Baca juga: Puluhan mahasiswa Palembang luka-luka akibat demonstrasi ricuh
"Beberapa akun dari kedua kelompok ini lebih fokus pada sosok Jokowi, namun kurang memperhatikan substansi-substansi yang diteriakkan gerakan mahasiswa," kata penulis buku Seni Mengelola Tim Media Sosial #SMTMedsos.
Adapun tuntutan para mahasiswa itu, kata dia, di antaranya agar pemerintah mengubah kebijakan-kebijakan yang merugikan demokrasi, pemberantasan korupsi, kebebasan sipil, penyelamatan negara dari oligarki dan kepentingan nasional lainnya.
Baca juga: Dirpem ANTARA desak Polri usut kekerasan pewarta foto Darwin
Dia juga menemukan di medsos terdapat sejumlah akun pendukung Jokowi yang justru mendukung gerakan mahasiswa dengan tagar #ReformasiDikorupsi.
Hariqo mengatakan gerakan mahasiswa yang konsisten setidaknya memberikan tiga manfaat besar untuk jangka panjang. Pertama, bisa menjadikan orang baik/benar di lingkaran kekuasaan, yang awalnya takut menjadi berani.
Kedua, kata dia, menjadikan masyarakat, para orang tua yang awalnya pesimis menjadi optimis, karena ternyata generasi penerus Indonesia adalah manusia merdeka.
Baca juga: 28 mahasiswa dilarikan ke rumah sakit akibat ricuh di DPRD Sumsel
Kemudian yang ketiga, Hariqo mengatakan gerakan mahasiswa yang konsisten akan menutupi kekhawatiran kita terhadap kualitas pengawasan anggota DPR/DPRD/DPD terpilih hasil pemilu 2019.
Selain itu Hariqo juga melihat, bahwa berbagai demonstrasi hangat belakangan ini telah melelehkan tembok antara pendukung Jokowi dan Prabowo, merubuhkan sekat-sekat antar golongan. Mereka melebur menjadi pendukung kepentingan nasional.
Baca juga: Wartawan Antara jadi korban kekerasan aparat saat liput demo
Baca juga: Hujan deras tak surutkan mahasiswa blokade jalan
“Jadi ada yang menggembosi dan ada yang menunggangi gerakan mahasiswa, dua hal ini dilakukan oleh kelompok yang berbeda,” kata Hariqo saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan penggembosan dari media sosial terhadap aksi mahasiswa dilakukan dengan penyebaran tagar #SarkemMemanggil untuk merecehkan tagar #GejayanMemanggil. Selain menggembosi, tagar pertama itu sekaligus melakukan demoralisasi gerakan mahasiswa dan mengecilkan gerakan itu.
Media sosial, kata dia, juga dilakukan oleh pihak tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan konten yang membenturkan gerakan mahasiswa dengan TNI/POLRI.
Baca juga: Usai demo, Kerangka kendaraan teronggok di tepi jalan
Hariqo mengatakan upaya penggembosan gerakan mahasiswa dilakukan beberapa pendukung Joko Widodo di grup-grup percakapan daring dan media sosial.
Dan lewat saluran yang sama, kata dia, beberapa akun oposisi juga berupaya menunggangi aksi gerakan mahasiswa dengan tagar #TurunkanJokowi, kemudian direspon oleh pendukung Jokowi dengan tagar #SayaBersamaJokowi.
Baca juga: Puluhan mahasiswa Palembang luka-luka akibat demonstrasi ricuh
"Beberapa akun dari kedua kelompok ini lebih fokus pada sosok Jokowi, namun kurang memperhatikan substansi-substansi yang diteriakkan gerakan mahasiswa," kata penulis buku Seni Mengelola Tim Media Sosial #SMTMedsos.
Adapun tuntutan para mahasiswa itu, kata dia, di antaranya agar pemerintah mengubah kebijakan-kebijakan yang merugikan demokrasi, pemberantasan korupsi, kebebasan sipil, penyelamatan negara dari oligarki dan kepentingan nasional lainnya.
Baca juga: Dirpem ANTARA desak Polri usut kekerasan pewarta foto Darwin
Dia juga menemukan di medsos terdapat sejumlah akun pendukung Jokowi yang justru mendukung gerakan mahasiswa dengan tagar #ReformasiDikorupsi.
Hariqo mengatakan gerakan mahasiswa yang konsisten setidaknya memberikan tiga manfaat besar untuk jangka panjang. Pertama, bisa menjadikan orang baik/benar di lingkaran kekuasaan, yang awalnya takut menjadi berani.
Kedua, kata dia, menjadikan masyarakat, para orang tua yang awalnya pesimis menjadi optimis, karena ternyata generasi penerus Indonesia adalah manusia merdeka.
Baca juga: 28 mahasiswa dilarikan ke rumah sakit akibat ricuh di DPRD Sumsel
Kemudian yang ketiga, Hariqo mengatakan gerakan mahasiswa yang konsisten akan menutupi kekhawatiran kita terhadap kualitas pengawasan anggota DPR/DPRD/DPD terpilih hasil pemilu 2019.
Selain itu Hariqo juga melihat, bahwa berbagai demonstrasi hangat belakangan ini telah melelehkan tembok antara pendukung Jokowi dan Prabowo, merubuhkan sekat-sekat antar golongan. Mereka melebur menjadi pendukung kepentingan nasional.
Baca juga: Wartawan Antara jadi korban kekerasan aparat saat liput demo
Baca juga: Hujan deras tak surutkan mahasiswa blokade jalan