PBB ancam tutup 22 program di Yaman karena dana bantuan tidak kunjung datang

id Krisis Yaman,Lise Grande,Dana Bantuan

PBB ancam tutup 22 program di Yaman karena dana bantuan tidak kunjung datang

Seorang ibu menggendong anaknya yang menderita gizi buruk di sebuah pusat pemberian makanan di rumah sakit al-Sabyeen, Sanaa, Jumat (20/7). Satu juta anak-anak Yaman menderita gizi buruk akut dalam beberapa bulan sementara keluarga berjuang untuk membeli makanan di salah satu negeri Arab termiskin di dunia, menurut Program Pangan Dunia PBB. Kekacauan politik memaksa Yaman berada dalam krisis kemanusiaan dan lembaga bantuan memperkirakana setengah dari 24 juta penduduknya mengalami gizi buruk. (REUTERS/Bill Ingalls/NASA/Hand) (REUTERS/Bill Ingalls/NASA/Hand/)

PBB, New York (ANTARA) - PBB pada Rabu memperingatkan bahwa 22 program bantuan "penyelamat hidup" di Yaman terpaksa akan ditutup selama dua bulan jika sejumlah negara tidak mengucurkan dana lebih dari 1 miliar dolar AS, yang dijanjikan awal tahun ini.

PBB menggambarkan kondisi di Yaman - di mana perang selama empat tahun menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan jutaan orang lainnya di ambang kelaparan - sebagai krisis kemanusiaan paling parah di dunia.

Pada Februari sejumlah negara menjanjikan dana bantuan 2,6 miliar dolar AS, namun koordinator kemanusiaan PBB untuk Yaman, Lise Grande, mengatakan kurang dari separuh dana yang baru diberikan. PBB menyebutkan bahwa dari 34 program bantuan utama hanya tiga yang didanai tahun ini dan 22 program "penyelamat hidup" terpaksa akan ditutup dalam dua bulan ke depan.

"Kami sangat membutuhkan dana yang dijanjikan tersebut. Ketika dana itu tak kunjung datang, maka orang-orang akan mati," kata Grande dalam satu pernyataan. "Menyayat hati untuk melihat keluarga di depan mata dan mengatakan kami tak punya uang untuk membantu."

Kepala bantuan PBB, Mark Lowcock, Juli lalu memanggil Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pada Kamis lantaran hanya memberikan "porsi sedang" dari ratusan juta dolar yang mereka janjikan. Sebelumnya masing-masing negara itu menjanjikan 750 juta dolar AS.

Sumber: Reuters