Kongres luar biasa PSSI penentu perbaikan sistem sepak bola Indonesia

id Ponaryo Astaman, APPI, kongres luar biasa PSSI, perbaikan sistem, ketum PSSI,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara

Kongres luar biasa PSSI penentu perbaikan sistem sepak bola Indonesia

General Manager APPI, Ponaryo Astaman, (kedua dari kanan) saat menjadi narasumber dalam acara diskusi yang digelar oleh Ganesport Institite di Smesco Indonesia, Jakarta, Rabu (17/7/2019). (ANTARA/Andi Firdaus)

Jakarta (ANTARA) - General Manager Asosiasi Pesepak bola Profesional Indonesia (APPI), Ponaryo Astaman, menilai Kongres Luar Biasa (KLB) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menjadi momentum penting bagi perbaikan sistem sepak bola nasional.

"Kunci sebenarnya itu KLB yang akan berlangsung Sabtu (27/7) di Jakarta. Kalau kita ingin sama-sama mengkritisi untuk memperbaiki sistem, titik beratnya ada pada pembentukan tim ini," katanya di Jakarta, Rabu.

Pernyataan itu disampaikan Ponaryo menjawab pertanyaan wartawan seputar kriteria ideal bagi sosok ketua umum PSSI periode 2020-2024.

Kehadiran mantan pemain tim nasional Indonesia sebagai narasumber dalam konferensi pers yang digelar Ganesport Institute di co-working space Gedung Smesco Indonesia, menjadi sorotan wartawan untuk menggali informasi seputar kriteria ideal bagi sosok ketua umum PSSI.

Ponaryo menyebut kriteria independen dan berintegritas harus menjadi modal utama bagi para kontestan yang akan tampil di bursa calon ketua umum PSSI.

Hasil studi Ganesport Institute yang merekomendasikan tujuh kriteria, di antaranya berintegritas, jauh dari politik, sukses dalam manajerial dan kepemimpinan, sangat senior, paham sepak bola, independen, serta jago berdiplomasi, dinilai Ponaryo adalah persyaratan yang ideal.

"Hasil survei sudah pas. Tapi independen dan integritas adalah poin terpenting," katanya.

Independen yang dimaksud Ponaryo adalah kepribadian yang sanggup berdiri di atas kepentingan seluruh golongan.

Pria yang pernah berjuang bersama PSM Makassar itu tidak menampik anggapan bahwa persepakbolaan nasional memiliki rentetan sejarah yang lekat dengan dunia politik.

"Ranah politik selama ini lekat dengan dunia sepak bola, namun jangan sampai afiliasi berpolitik merusak semangat persepakbolaan kita," katanya.

Hubungan berpolitik bila dijalankan sewajarnya dan sesuai dengan porsinya, kata dia, justru bisa membawa keuntungan bagi sepak bola.

"Bukan justru sebaliknya, sepak bola dimanfaatkan untuk kepentingan politik," ujarnya.

Dikatakan Ponaryo sosok ketua umum PSSI akan memiliki banyak hubungan, tidak hanya di tataran federasi sepakbola, namun juga unsur pemerintah, klub, sponsor, dan sebagainya.

"Dia harus mampu mewakili semuanya," kata Ponaryo.

Terkait kriteria integritas, Ponaryo berharap adanya ketegasan dari Ketua Umum PSSI terpilih dalam memimpin seluruh anggotanya untuk patuh pada mekanisme tugas dan pokok fungsi.

"Dia harus memiliki integritas dan ketegasan dalam memimpin semua anggotanya di federasi," katanya.

Kongres Luar Biasa yang segera bergulir, kata Ponaryo, menjadi momentum penting dalam upaya menyaring calon ketua umum yang ideal berdasarkan parameter kemampuan.

"Jangan kriterianya asal-asalan, kalau tidak mau ketua terpilihnya asal-asalan," ujarnya.

KLB PSSI pada 27 Juli 2019 memiliki tiga agenda utama, yaitu revisi Statuta PSSI, revisi Kode Pemilihan PSSI dan penetapan komite pemilihan serta komite banding pemilihan komite eksekutif terbaru PSSI.