Palembang (ANTARA News Sumsel) - Komunitas Sosial Rumah Belajar Ceria (RBC) pada 2014 memulai proyek pemberdayaan masyarakat di kawasan Kampung Tepian Kota Sungai Pedado, Kecamatan Kramasan Palembang.
Komunitas yang digagas Evan Saputra dan sejumlah rekannya ini awalnya cukup prihatin dengan kondisi Kampung Desa Pedado yang jauh dari segala akses.
"Di sini dulu akses pendidikannya tak memadai, sanitasi kurang baik, dan minim fasilitas kesehatan," ungkap Ketua Komunitas RBC Evan Saputra.
Fasilitas pendidikan yang kurang memadai ini, seperti fasilitas pra sekolah atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan taman kanak-kanak. Hanya ada satu Sekolah Dasar (SD) itupun jaraknya jauh ke sekolah lanjutan SMP dan SMA dari kawasan ini. Begitu juga fasilitas kesehatan jauh dari kawasan itu.
"Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis warga harus ke Puskesmas Kertapati yang jaraknya cukup jauh dari sini," tutur evan.
Sedangkan sanitasi untuk kebutuhan air dan MCK masyarakat sangat bergantung dengan air sungai dan cukup kesulitan saat musim kemarau tiba.
Warga sungai pedado juga tergolong ke dalam ekonomi lemah. Kawasan dengan 400 kepala keluarga ini warganya mayoritas bermata pencarian sebagai buruh bangunan, asisten rumah tangga, dan petani.
Dari keprihatinan tersebut mendorong ia dan rekan-rekannya dalam komunitas RBC memulai proyek tersebut untuk mewujudkan kawasan kampung Sungai Pedado menjadi desa mandiri dan Madani. Proyek tersebut mereka namai Pedado Madani.
"Visinya kami ingin mewujudkan Kampung unggulan yang mandiri dan berbasis kecerdasan." Papar Evan.
Dari observasi yang mereka lakukan, Kampung Sungai Pedado memiliki potensi anak sungai yang bagus dan terjaga kelestariannya. Masyarakat pun masih sangat memegang teguh kearifan lokal.
Pada tahun pertama, komunitas RBC memulai aktivitas di kampung Pedado dengan penggalian informasi dan observasi potensi yang dimiliki kampung yang berlokasi di Jalan Syarkowi yang tak jauh dari Jembatan Kramasan Musi II ini.
Memasuki tahun kedua komunitas ini memulai kegiatan dengan aktivitas pendidikan dan pemberdayaan. Pada awalnya RBC hanya menggunakan satu gubuk kayu yang dibangun di atas rawa kemudian dengan dukungan Corporate Social Responsible (CSR) dari Pertamina mendirikan "smart center" di atas lahan yang dihibahkan masyarakat.
"Smart Center ini kami jadikan sebagai pusat edukasi masyarakat yang berkisar dalam kegiatan pendidikan anak dan pembinaan kreativitas kemandirian berkelanjutan," ujar dia.
Dengan bantuan puluhan relawan RBC mampu menjalankan TK dan PAUD permanen di smart center tersebut. Sesuai dengan fungsinya sebagai pusat edukasi masyarakat pun dibantu menggerakkan kegiatan kewirausahaan. Salah satunya yang telah berjalan adalah Jamur Mac Mur.
Rumah jamur berukuran 7 x 21 meter berkat bantuam CSR Pertamina ini memanfaatkan limbah bekas sisa potongan kayu diolah menjadi sumber pendapatan yang bernilai jual.
"Dengan struktur rawa dan sungai kampung pedado sangat cocok dengan rumah jamur yang membutuhkan kelembapan yang tinggi, " ujar pria yang merupakan pegawai BPKP Sumsel ini.
Untuk pengelolaan rumah jamur RBC mendatangkan praktisi pembudidayanya untuk membimbing sejumlah warga.
Masyarakat pun melihat dan diajak berperan dalam pengelolaannya.
"Dengan hasil yang nyata ini sangat mudah mensosialisasikan kepada masyarakat tentang usaha jamur tiram ini, "
Terbukti saat ini rumah jamur Mac Mur ini mampu menghasilkan rata-rata 10 kilogram jamur tiram setiap harinya dan dijual dengan harga Rp10.000 per kilogram.
Namun, jumlah itu masih kurang untuk memenuhi kebutuhan pasar sehingga sistem penjualan sendiri hanya melayani pembelian di tempat.
Meski demikian komunitas ini memandang ini sebagai salah satu langkab bagi masyarakat untuk menambah penghasilan mereka selain pekerjaan bertani atau buruh.
Selain jamur tiram, komunitas RBC juga memanfaatkan waktu senggang para ibu yang menunggui anak mereka sekolah dengan berbagi keterampilan seperti membuat kerajinan dari barang bekas.
Evan memaparkan setelah semua program keterampilan wirausaha berjalan dan berkelanjutan masuk tahun ketiga yaitu pada 2017 dan 2018 ini fokus utama program kegiatan tahun-tahun ini tetap pada penyelesaian kebutuhan dasar masyarakat,
Tahun Mandiri
Selain bidang pendidikan diperkuat outputnya tahun ini adalah terbentuknya balai kesehatan masyarakat dan fasilitas sanitasi yang memadai.
"Kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan ekonomi kreatif ditarget kan sudah memiliki produk-produk andalan yang mampu menghandel separuh dari seluruh warga yang ada di Sungai Pedado, "papar pria berkacamata ini.
Langkah selanjutnya di tahun keenam dan ketujuh merupakan tahun dimana semua pelayanan dasar sudah terpenuhi dengan dukungan semua pihak termasuk didalamnya warga setempat yang ikut turun dan terlibt langsung.
"Ini kami sebut sebagai Tahun Mandiri dimana semua pelayanan dasar sudah terpenuhi dan kegiatan pemberdayaan masyarakat pun sudah mampu mengcover semua warga pedado tanpa terkecuali, " sambung dia.
Target setelahnya nanti warga dengan kemampuan yang ada mendorong peningkatan daya tarik Sungai Pedado sehingga tidak hanya terletak pada usaha kreatif saja dari sisi pariwisata.
"Saya sudah membayangkan Sungai Pedado akan dikembangkan sebagai Kampung Wisata Sungai dengan segala kearifannya, " harap dia.
Dari potensi wisata tersebut, kedatangan wisatawan di Sungai Pedado akan berdampak baik dengan pengembangan usaha-usaha kreatif yang telah dibangun di tahun-tahun sebelumnya.
Setelah wisata pedado terwujud dan warga telah terpenuhi kebutuhan dasarnya, otomatis mampu mandiri dalam mengembangkan usaha kreatif termasuk menjadikan Kampung Wisata dengan motor penggerak utama adalah para siswa yang juga warga setempat yang telah dibina RBC bertahun-tahun.
"Puncak dari segala ini kami sebut dengan Tahun Madani dimana kawasan ini mampu bertransformasi dari kampung pinggiran kota dari pra sejahtera menjadi Kampung Unggulan yang diperhitungkan baik skala lokal, nasional, maupun internasional, " tutupnya