Drama berbalas serang Israel-Iran dan skenario konflikberikutnya

id Konflik Iran Israel,Benjamin Netanyahu,Ebrahim Raisi, Joe Biden,berita palembang, berita sumsel

Drama berbalas serang Israel-Iran dan skenario konflikberikutnya

Peluru kendali Iran, Emad. Rudal balistik ini diyakini turut ditembakkan Iran ke Israel pada 14 April 2024. Mohammad Agah/Tasnim News Agency via Wikimedia Commons

Walaupun serangan pada 14 April itu berhasil dipatahkan Israel, bahkan sebagian besar hancur sebelum mencapai teritori Israel, serangan itu menjadi pelajaran berharga bagi Israel bahwa konflik dengan Iran sudah bukan lagi konflik tidak langsung, melainkan konflik dan perang terbuka.

Sejumlah pejabat pemerintahan AS, sebagaimana laporan New York Times pada 17 April 2024, menilai Israel salah perhitungan karena selama ini menganggap Iran tak akan berani membalas, apalagi menyerang wilayahnya langsung dari Iran yang satu sama lain berjarak 1.700 km.

Iran sendiri mengaku tak berniat menghancurkan Israel dan hanya membidik instalasi-instalasi militer Israel. Iran juga menyatakan tak menginginkan perang terbuka baik dengan Israel maupun AS.

Meminjam laporan New York Times, pada malam setelah Israel menyerang kedubes Iran di Damaskus, Kementerian Luar Negeri Iran memanggil Duta Besar Swiss di Teheran untuk menegaskan pendapat mereka bahwa AS dan Israel bertanggung jawab dalam serangan 1 April di Damaskus.

Swiss adalah salah satu saluran yang digunakan Iran untuk berhubungan dengan AS, karena mereka tak memiliki hubungan diplomatik. AS sendiri, melalui Oman dan Swiss, menegaskan tak terlibat dalam serangan Damaskus dan menandaskan tak mau berperang dengan Iran.

Sejak itu, pemerintah Iran aktif membuka saluran komunikasi tidak langsung dengan AS, termasuk niat balas menyerang Israel.

Seraya menyatakan serangan Israel pada 1 April itu melanggar kedaulatan Iran sehingga harus dibalas, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian berkata kepada sejumlah pejabat Arab, Eropa, dan PBB bahwa Iran akan membalas serangan Israel tapi dilakukan secara terbatas karena tak mau memicu perang kawasan.

Faktanya, serangan rudal dan drone yang dilancarkan Iran ke Israel itu memang tidak menimbulkan kerusakan fatal, bahkan berhasil dicegat oleh sekutu-sekutu Israel, termasuk Yordania.


Mungkin tak akan terjadi

Kini dunia cemas menantikan apakah Israel akan membalas serangan Iran itu. Dunia makin cemas karena Iran juga bersumpah akan menyerang lagi Israel dengan lebih dahsyat dan tanpa peringatan, jika diserang balik oleh Israel.

Bahkan Jenderal Ahmad Haghtalab dari Korps Pengawal Revolusi Iran mengancam menyerang situs-situs nuklir Israel dan menyatakan Iran akan mengaktifkan lagi proyek senjata nuklirnya.

Dan jika perang terbuka itu pecah, maka tak hanya Israel dan Iran yang menghadapi kehancuran karena seluruh Timur Tengah dan bahkan dunia bakal terkena getahnya.

Proksi-proksi Iran dipastikan aktif di seantero Timur Tengah, tak hanya menyerang Israel, tapi juga kepentingan sekutu-sekutu Israel, terutama AS, di kawasan itu.

Itulah yang ditakutkan AS, terlebih negara ini tengah menghadapi pemilu di mana para pemilih di sana sangat sensitif terhadap keselamatan jiwa tentaranya di luar negeri. Ini ditambah oleh kecenderungan pasifis atau anti-perang pada bagian besar rakyat AS.

Menghadapi kenyataan ini, Presiden AS Joe Biden lalu menegaskan kepada PM Netanyahu bahwa AS tak akan merestui perang dengan Iran. Sikap sama pasifis dirangkul negara-negara Arab yang sudah lelah oleh konflik dan perang.

Negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi dan Yordania yang wilayahnya berada di antara Israel dan Iran, bahkan kali ini pasti tak membolehkan wilayah udaranya digunakan Israel untuk menyerang Iran.

Namun, bahaya terbesar perang Israel-Iran adalah terganggunya perekonomian dunia yang sensitif terhadap pergerakan harga minyak, apalagi Iran bisa memblokade atau mengganggu jalur minyak global, khususnya Selat Hormuz.

Pada 2022, melalui Selat Hormuz ini berlayar kapal-kapal tanker yang mengangkut 21 juta barel minyak per hari yang setara dengan 21 persen tingkat konsumsi minyak dunia dan 30 persen pasokan minyak dunia.

Bayangkan saja, dampak embargo minyak Rusia yang menguasai 14 persen pasokan minyak akibat invasi di Ukraina saja sudah begitu dahsyat terhadap perekonomian global, apalagi jika kawasan yang menguasai 30 persen pasokan minyak dunia diganggu perang.

Bahkan kalaupun Iran tak mengganggu jalur energi global itu, sentimen buruk terhadap harga minyak global pasti sangat besar. Resultante paling dahsyatnya adalah naiknya suku bunga dan inflasi yang bisa memicu krisis multidimensi, termasuk krisis energi yang efeknya bisa ke mana-mana.

Oleh karena itu, perang Iran-Israel mungkin tak akan terjadi, walau permusuhan di antara kedua negara makin sulit dipadamkan.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Drama berbalas serang Israel-Iran dan skenario konflik berikutnya