Iran kali ini tak mau cuma menggertak karena kompleks diplomatik adalah bagian dari kedaulatan sebuah negara sehingga setiap serangan terhadap kompleks ini sama halnya dengan menyerang negara itu.
Pasal 51 Piagam PBB sendiri menyatakan setiap negara berhak membela diri dari serangan luar. Dan, pasal ini pula yang dipakai Iran untuk penguat bagi aksinya menembakkan sekitar 300 rudal dan drone ke Israel pada 14 April.
Setelah lama hanya bisa mengancam membalas ketika panglima-panglimanya dibunuhi Israel dan lama menduga Israel berada di balik berbagai sabotase serta terorisme di dalam negeri Iran, pemerintahan Presiden Ebrahim Raisi menyimpulkan Israel tak boleh dibiarkan terus mengusik tanpa ada balasan.
Dalam pandangan Iran, serangan Israel di Suriah dan serangan teroris di dalam negeri Iran beberapa waktu lalu, adalah berkaitan satu sama lain.
"Iran beranggapan tak membalas serangan-serangan itu hanya menjadi pintu masuk untuk serangan-serangan berikutnya, baik dari Israel maupun dari negara lain," kata Shireen Hunter, pakar hubungan internasional dari Universitas Georgetown di AS, kepada The New Arab pada 15 April.
Tak ingin kelihatan lemah
Premis itu pula yang membuat Iran masuk wilayah Pakistan beberapa bulan sebelum serangan pada 14 April ke Israel, untuk menghantam basis teroris di Pakistan.
Iran ingin memberi pesan untuk tak akan berdiam diri dan pesan ini pula yang termuat dalam serangan rudal dan drone pada 14 April. Iran ingin memberi pesan bahwa Israel tak akan dibiarkan terus mengeksekusi warganya tanpa ada balasan.
Lain dari itu, menyerang Israel adalah unjuk kekuatan yang jika tak dilakukan, akan membuat Israel dan musuh-musuh Iran di dunia Arab serta kawasan lainnya, bahkan rakyat Iran sendiri, melihat pemerintah Iran lemah.